Namun, andaikan simbol "merakyat" tidak bisa menjamin persatuan dan ketentraman, lantas kenapa pemimpin harus terkesan "sama" dengan warganya? Bagaimanapun, pemimpin harus "berbeda" dengan rakyatnya. Karena dia memiliki keistimewaan yang memberinya hak untuk menentukan masa depan kehidupan.
Apakah anda berpikir, jika pemimpin "merakyat" pun akan usang? Zaman akan kembali merindukan pemimpin yang berbeda?
Manusia yang dianggap sama dengan rakyat kebanyakan, terlalu mudah dihinakan. Terlalu sering dikritik tetapi tidak membangun. Malah dijadikan bahan tertawaan.
Dan, pada akhirnya, media massa mesti kembali membuat citra jika pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang "istimewa". Bukan tanpa cela, tetapi dia siap untuk membuat rakyat tidak kecewa.
Media massa tidak usah terus memperlihatkan sosok pemimpin "terkesan merakyat", tapi tak sanggup mengelola. Realitanya, pemimpin adalah pengelola bukan pengobat duka lara semata.