Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Malas Bersih-bersih

26 April 2022   07:40 Diperbarui: 26 April 2022   07:43 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan setia untuk membersihkan sampah. (Dokpri.)

Dalam budaya kami, membersihkan rumah hanyalah pekerjaan ibu rumah tangga. Dianggap tidak layak seorang laki-laki membersihkan rumah. Baik itu menyapu, mengepel atau sekedar membersihkan debu dengan kemoceng.

Sekali lagi, itu hanya pekerjaan ibu rumah tangga. Wanita yang tidak memiliki pekerjaan selain mengurus rumah tangga.

Namun, di zaman ini wanita pun banyak yang bekerja. Alasannya tentu saja untuk menambah penghasilan keluarga. Dan, membersihkan rumah bukan lagi hal yang wajib dilakukan.

***

Penilaian saya ini bukan tanpa dasar. Berdasarkan "penelitian" hingga bertahun-tahun saya bisa menyimpulkan jika masyarakat kami tidak merasa memiliki harga diri tinggi ketika melakukan kegiatan bersih-bersih. Baik itu bersih-bersih di rumah, tempat umum atau rumah ibadah.

Tidak akan dinilai "bagus" jika seseorang rajin bersih-bersih. Lucunya, kami akan menilai "luar biasa" orang yang bisa melakukan pekerjaan berat seperti memanggul sekarung beras. Aneh memang, pujian akan didapatkan pada orang demikian.

Entah kenapa, tradisi bekerja dengan tenaga masih mendapatkan tempat istimewa dalam budaya kami. Bahkan, demi itu orang rela mempertahankan cara kerja konvensional yang menggunakan banyak tenaga. Tidak mau beralih menggunakan peralatan agar lebih mudah.

Kegiatan bersih-bersih memang tidak menggunakan banyak tenaga sekaligus tidak menggunakan banyak pikiran.

Kegiatan yang tidak memperlihatkan keperkasaan sekaligus tidak memperlihatkan kecerdasan. Orang yang suka bersih-bersih tidak akan disebut "pekerja keras" apalagi "pekerja cerdas".

Seorang sarjana enggan bersih-bersih karena merasa tidak menjadi media untuk mengoptimalkan potensi kecerdasannya. Seorang berbadan tinggi besar rasanya enggan bersih-bersih karena tidak bisa memperlihatkan otot-ototnya yang besar. Tidak ada keringat bercucuran, ya tidak bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun