Foto di atas diambil tanggal 21 April 2021 lalu. Dan, hari ini pun langit hampir sama secerah hari itu.
Anda bisa membayangkan jika suhu udara begitu panas saat itu. Bagi kami yang berpuasa, suhu panas sangat mempengaruhi kualitas puasa yang sedang dijalankan. Tenggorokan mudah kering kepala pun jadi gampang pening.
Mungkin Anda berpikir jika suhu panas bisa diakali dengan mendinginkan badan di tempat teduh atau di ruangan berpendingin udara. Tapi, itu tidak berlaku bagi para petani yang harus bekerja di bawah terik matahari.
Kami bekerja di luar ruangan dan diharuskan mengeluarkan banyak tenaga. Jelas, kondisi tubuh harus 2 kali lipat lebih kuat dibandingkan ketika tidak berpuasa. Tanpa makan dan minum di kala siang tenaga mudah berkurang.
Jika sinar mentari yang begitu menyengat kulit hanya membuat kita menjadi manusia yang mudah mengeluh, maka Ramadan kali tidak bisa menjadi pelajaran berharga bagi kami. Namun, jika suhu panas membuat kami menjadi semakin mawas maka boleh berharap agar mendapatkan pahala.
Bagi Anda yang bekerja di ruangan tertutup, mungkin hanya kantuk dan lapar yang harus ditahan. Maaf, sedikit sarana untuk mendapatkan banyak pahala. Cobaannya terlalu "biasa". Tapi, bagi para petani di desa kami cobaan menjadi bertubi-tubi.
Bagi kami bukan fisik yang ditempa tetapi juga mental yang disuruh bekerja melawan rasa kesal. Pikiran akan terus bertanya, untuk apa Alloh memerintahkan kita menahan lapar dan dahaga?