Bukan cerita baru ketika orang suka dengan tanaman. Tanaman di pinggir kali _orang pun tidak peduli_ bisa berubah "kasta" jika disebut sebagai tanaman hias. Saking sukanya, harga berapa pun akan dibayar demi bisa menikmati keindahannya.
Ada seorang Ibu yang curhat di linimasa Facebook kalau koleksi tanamannya ada yang mencuri. Di TV, pun beberapa kali tersiar berita tentang tanaman yang dicuri.
Kalau dikira-kira, motifnya tentu uang. Harga tanaman hias saat ini, bisa begitu tinggi. Bisa dipahami jika rawan pencurian. Tanaman hias dicari para penghobi, tidak peduli dengan harga tinggi.
Ya begitulah kehidupan, ada yang suka dengan tanaman hias meskipun bagi orang lain itu biasa saja. Selera, setiap orang berbeda mengenai itu. Bagi seseorang, tananam dengan daun lebar bolong-bolong dihargai tinggi. Tapi, bagi saya itu seperti daun sirih yang dilubangi. Heh.
Saya pun sebetulnya suka tanaman. Tapi, seleranya tidak seperti yang lain. Tanaman ditata dengan seksama, sehingga nampak berbeda dengan di tempat asalnya. Tapi, kalau saya sih lebih suka dengan konsep "hutan tropis", alias tumbuh seadanya.
Pohon talas pun ditanam di depan rumah. Pepaya tumbuh sesukanya. Si kelelawar tidak konsultasi dahulu ketika menjatuhkan biji pepaya di halaman rumah. Jadinya, halaman rumah nampak seperti hutan Kalimantan.
Rumah hingga kota ditata demi terlihat indah. Manusia memiliki persepsi berbeda tentang keindahan itu. Budaya di desa berbeda dengan di kota. Rasa indah di Eropa mungkin berbeda dengan di Asia. Dan, keindahan itu adalah kebutuhan kita sebagai manusia.
Rasa keindahan itulah yang mendorong saya dan para penyuka tanaman untuk menata halaman. Bedanya, saya tidak mengejar harga apalagi gengsi semata.