Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bagaimana Sebuah Pekerjaan Tercipta?

14 November 2020   05:48 Diperbarui: 14 November 2020   06:02 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah karena saya akrab dengan binatang, harus melakoni pekerjaan yang berhubungan dengan binatang? (Foto: Dokpri.)

Memahami bagaimana sebuah pekerjaan tercipta adalah penting. Hal yang paling saya rasakan manfaatnya adalah bagaimana orang tua bisa memperkirakan pekerjaan seperti apa yang cocok bagi anaknya. Itu merubah persepsi kita mengenai pilihan pekerjaan yang senantiasa berubah dan berbeda pada setiap generasi dan situasi.

Saat ini, memperkirakan profesi yang tepat bukan hal yang mudah. Bila hari ini ada banyak pekerjaan yang menjanjikan pendapatan besar maka tidak usah terlalu berharap 10-20 tahun ke depan pekerjaan itu masih ada.

Generasi saya dan teman-teman saya adalah generasi yang tidak menganggap petani sebagai profesi menjanjikan. Bisa dihitung jari anak-anak yang ingin jadi petani. Tetapi, ketika pandemi melanda negeri ternyata petani menjadi salah satu profesi yang bisa bertahan dari "serangan". Tidak terdengar petani yang dirumahkan apalagi beralih kegiatan menjadi "demonstran".

***

Saya belum mendapatkan jawaban memuaskan mengenai bagaimana sebuah pekerjaan bisa tercipta. Apakah suatu pekerjaan atau profesi yang dijalani tercipta karena lingkungan sosial, budaya, alam atau situasi politik.

Mungkin, jawabannya bisa beragam. Akan banyak penjabaran dari berbagai aspek. Jika tinggal di pertambangan maka wajar jika dia menjadi penambang. Jika tinggal di dekat sekolah maka bisa dipahami jika dia menjadi guru.

Hanya saja, jika penciptaan pekerjaan itu harus menunggu stimulus dari luar diri kita maka lambat laun manusia Indonesia mengandalkan investasi asing untuk mendapatkan pekerjaan. Karena, investor dianggap pencipta pekerjaan. Bukan dirinya sendiri.

Mungkin, para psikolog bisa menjabarkan bagaimana sebuah pekerjaan itu tercipta dari "dorongan internal" seorang manusia. Sisi kemanusiaan yang sulit dipahami oleh orang awam. Maksud saya, apakah pekerjaan itu sudah "tercipta" dalam pikiran manusia dan tidak senantiasa menunggu investor untuk menyediakannya?

Mungkin Kompasianer bisa membantu saya memberikan jawaban. Karena, teori ataupun asumsi atau bahkan filsafat bisa menjadi acuan _terutama guru dan orang tua_ untuk bisa mengarahkan anak untuk menggali potensi dirinya untuk menetapkan pekerjaan apa yang cocok. Jika pekerjaan itu tidak ada maka seorang anak harus berusaha menciptakannya.

Tampilan tangkap layar salah satu video di saluran Youtube saya @PasagiVideo
Tampilan tangkap layar salah satu video di saluran Youtube saya @PasagiVideo
Apa yang saya pertanyakan di atas berawal dari kegelisahan saya ketika dihadapkan pada keinginan orang tua untuk mencari pekerjaan. Tetapi, saya lebih suka menciptakan pekerjaan untuk diri sendiri. Saya bukan orang yang tertarik menenteng ijazah mengetuk pintu kantor perusahaan. Tapi, dari kecil sudah berpikir untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan.

Dorongan pikiran untuk "mengerjakan" yang bisa dikerjakan di rumah semakin memuncak ketika usia dewasa. Dan, ketika kebutuhan semakin mendesak untuk dihadirkan.

Misterius, pikiran saya dipenuhi ide-ide kreatif untuk segera diaktualisasikan. Menghasilkan uang? Belum. Tapi, apakah ini yang disebut "awal terciptanya sebuah pekerjaan"? Bermulai dari dorongan pikiran, dikerjakan dan lama-lama menghasilkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun