Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Naruto, Invasi Budaya Tanpa Ingar-bingar

23 Oktober 2020   05:47 Diperbarui: 23 Oktober 2020   06:28 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tribunnews.com

Viral, Naruto akhirnya mati setelah sekian tahun menemani ummat manusia di penjuru negeri. Media sosial ramai memberitakan. Google pun kebanjiran kata kunci pencarian "naruto mati".

Saya bukan penggemar Naruto, tetapi tahu jika Naruto diminati banyak anak-anak dahulu hingga kini mereka punya anak. Naruto menjadi pengantar anak negeri menuju usia dewasa. 

Bisa dimengerti jika penggemar Naruto merasa "kehilangan" akan kematian idolanya ini. Mungkin ada yang hilang dalam hidupnya, seperti kehilangan orang terkasih.

***

Budaya pop dari Jepang, tidak penuh dengan ingar-bingar seperti K-Pop. Budaya pop Jepang lebih suka menyasar anak-anak dan remaja. 

Seingat saya, sejak tahun 90-an anime Jepang sudah merasuki pikiran anak-anak Indonesia. Sampai usia dewasa, sulit untuk menghilangkan pengaruh itu dari pikiran. Seakan sudah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan.

Budaya pop Jepang bekerja seperti Ninja. Diam-diam tapi mematikan. Terencana tapi tidak tergesa-gesa.


Ketika budaya pop Korea menginvasi Indonesia, hingar-bingar itu begitu terasa beberapa tahun belakangan. Ada sebagian yang tersentuh hati untuk mengikuti. Tapi, terlalu mudah juga untuk berpaling ke lain hati. Mungkin, usia remaja yang menjadi sasaran pasar K-Pop masih "ababil" _ ABG labil.

Saya kagum juga pada cara orang Jepang menyebarkan budaya mereka ke seluruh dunia. Diam-diam, tanpa banyak promosi di sana-sini. Apabila lagu Korea sering "dipaksa" diperdengarkan di radio atau ditayangkan di televisi nasional, maka budaya pop Jepang menyodorkannya secara perlahan.

Tentu saja, manga & anime menjadi contoh fenomenal yang sulit ditentang. Secara perlahan budaya Jepang merasuki pikiran anak-anak tanpa merasa dipaksa apalagi dicibir orang-orang sekitar.

Sudah dewasa, kita ramai-ramai mengkonsumsi segala barang bermerek Jepang. Alat rumah tangga hingga kendaraan roda dua terus roda empat, lama kelamaan kendaraan yang banyak rodanya. Kita begitu cinta sama hal-hal tentang Jepang. Tidak ada yang menentang.

Coba kalau bicara tentang produk Cina, besar kemungkinan penentangan di sana-sini. Tapi, jika berbicara tentang Jepang pujian berdatangan. Jepang hebat, Jepang maju dan diam-diam menerima invasi budaya mereka serta menyingkirkan budaya nenek-moyangnya sendiri. Sampai-sampai anak sekarang "lupa" kalau Jepang pernah menjajah negerinya!

(Dari berbagai sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun