Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sejarah Tidak Diwajibkan, Saya Setuju

20 September 2020   06:23 Diperbarui: 20 September 2020   06:38 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi buku pribadi yang bertemakan Sejarah.

Mendengar  rencana pelajaran Sejarah tidak diwajibkan di SMA, perasaan saya kok ikut senang ya. Walaupun berseliweran pendapat di media sosial yang menolak rencana ini. Alasannya apa, tidak terlalu jelas. Tapi, jika berdasarkan apa yang saya baca penolakan itu semata berasal dari idealisme kebangsaan.

***

Melalui tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman tentang hobi saya yang suka membaca, termasuk membaca sejarah. Seperti yang Anda lihat difoto, koleksi buku saya yang bertemakan sejarah itu tebal-tebal. Jarang sekali buku sejarah tipis.

Coba ingat kembali seberapa tebal buku pelajaran  sejarah di sekolah? Lalu, tanya diri sendiri apakah Anda bisa "melahap" semua isinya? Apakah Anda paham apa yang dimaksud dalam buku yang tebal itu? Apakah Anda hapal nama tempat, tanggal atau nama orang yang tertulis di sana?

Kalau Anda menjawab "ya" atas pertanyaan saya, maka anda orang jenius. Tapi, tidak semua orang seperti Anda yang bisa hafal, paham apalagi bisa menceritakan kembali isi buku sejarah yang tebal itu.

Begitu banyak anak yang merasa pusing untuk memahami sejarah yang berbicara panjang lebar. Jangankan memahami isi pelajaran, untuk tahu apa yang dibicarakan dalam buku sejarah tidak semua orang sanggup. Apalagi mencerna nilai yang terkandung di dalamnya kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

***

Saya setuju jika belajar sejarah itu disuguhkan kerangka berpikir untuk memahami teks dan konteks. Apalagi sudah menginjak usia SMA. Mereka butuh cara berpikir yang kritis, analitis sekaligus praktis. Karena, data dan fakta yang tertulis di buku sejarah bisa mencari diberbagai sumber.

Saya mengalami sendiri jika usia remaja begitu banyak "godaan". Hal-hal yang sifatnya data-data begitu mudah terlupakan karena begitu membanjirnya informasi dari sana-sini.

Belajar sejarah itu harus memakai pikiran yang tersadarkan, bukan memaksakan pengetahuan dan idealisme orang dewasa pada otak anak yang belum "matang". Menjadikan sejarah bukan mata pelajaran wajib bukan berarti menghilangkan sejarah dari ingatan. Karena, Google lebih hebat dalam urusan mengingat. Usia SMA adalah masa untuk memilih dan memilah minatnya. Jika 1 diantara 1000 anak memilih sejarah sebagai profesi pilihannya, saya yakin sejarah tidak akan hilang dari muka bumi.

Bukankah, selama ini Sejarawan juga profesi yang sangat sedikit jumlahnya. Lalu, apakah sejarah _tentang apa saja_ sulit ditemukan di internet?

(Dari berbagai sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun