Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makan Banyak dalam Persepsi Petani dan Selebriti

12 Februari 2020   20:47 Diperbarui: 12 Februari 2020   20:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjaga pola makan agar mendapatkan tubuh ideal nampaknya menjadi tema pembicaraan yang sering diangkat di acara bincang-bincang televisi. Tapi, makan banyak sebanyak yang disanggupi malahan menjadi kebiasaan petani sehari-hari.

***

"Aduuuhhhh....gara-gara makan melulu, berat badanku jadi naik lagi!", mungkin begitulah keluh orang yang sering 'menjaga jatah makan'. Masalah kelebihan makan dan kelebihan makanan menjadi topik utama pembicaraannya bersama teman.

Sebaliknya, para petani di pedesaan sudah terbiasa menerapkan pola makan "serampangan". Nampaknya tidak ada konsep pola makan yang diterapkan.

Anjuran ahli gizi untuk menerapkan pola makan seimbang hanya terdengar selentingan. Mungkin pernah mendengar di televisi atau membantu mengerjakan PR anaknya di rumah, urusan pola makan hanya jadi bahan 'ledekan'.

Para petani suka tertawa sendiri kalau membicarakan urusan pola makan. Tidak terpikirkan untuk sebegitu rumitnya bagaimana makan. Apalagi kalau harus menghitung kadar gizi dalam makanan.

Saya sering mendengar para selebriti rajin menghitung kadar  kalori dalam makanan. Dihitung kadarnya agar tidak berpengaruh pada berat badan.

Petani, jangankan menghitung kadar kalori. Makan nasi berapa porsi pun sanggup. Asalkan perut masih siap untuk diisi.

Porsi makan pagi saja sama dengan porsi makan siang. Makan malam juga sama, sampai perut kenyang. Tidak ada urusan makanan yang harus ditimbang.

Lucu juga kalau ada orang yang diet dan harus menimbang makanannya. Diuukur berapa gram dia harus makan nasi dan lauk pauknya. Bagi petani, ukuran itu hanya ilusi.

Dalam persepsi petani, makan adalah bentuk kenikmatan yang lebih dari segalanya. Apalagi kalau makannya di pinggir sawah atau ladang yang sedang digarap. Setelah lelah bekerja, menikmati hidangan yang ada sambil bercengkrama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun