Alam yang indah diciptakan Tuhan untuk bermain-main. Setiap jengkal tanahnya dan setiap tetes airnya merupakan wahana raksasa untuk menenangkan pikiran sekaligus "objek" untuk dipikirkan.
***
Banyak tulisan yang mengisahkan bagaimana para petualang selalu tertantang untuk menaklukan alam. Jiwanya tidak pernah padam untuk menyelami dalamnya lautan atau menggali gelapnya gua di bawah tanah.
Kisah para petualang ini bukan hanya sebagai bentuk "profesi" tuntutan kehidupan sehari-hari. Saya selalu memaknai mereka _para petualang_ sebagai orang yang suka bermain-main.
"Liburan sekaligus menghayati kehidupan."
Maaf, kenapa petualang ini tidak populer di negara kita tetapi adalah hal yang lumrah ada dalam budaya Barat. Film, buku dan laporan jurnalistik sering memperkenalkan tokoh-tokoh petualang sebagai cerminan kemegahan peradaban.
Tanpa melihat sisi negatifnya, jiwa petualang ini selayaknya ada dalam masyarakat Nusantara karena dianugerahi alam yang indah. Berpetualang di alam bukan sekedar menghabiskan waktu tanpa tujuan tetapi adalah bentuk "penghayatan" akan anugerah Tuhan yang indah.
"Jika di sekolah, kita dikekang untuk tetap diam di kelas dan terus membahas teori belaka maka saat liburanlah waktu kita untuk memahami realita. "
Maaf, sekolah memang tidak mengharuskan bahkan tidak memberikan penilaian kalau belajar di alam adalah cara yang "seharusnya". Â Ketika liburan, mencoba berinteraksi dengan isi bumi bisa memberikan penilaian berbeda akan realita.
Masalah besar, seperti kebanjiran tiap musim hujan, bisa jadi akan terus berlangsung sampai kiamat nanti kalau sejak dini tidak pernah dikenalkan dengan sesama makhluk di bumi. Jangankan berpikir menjaga bumi, berusaha mengenalinya pun tidak pernah dialami.
Mengenali makhluk bumi bukan hanya dari buku-buku. Menyentuh mereka akan memberikan sensasi berbeda. Kita bisa merasa menjadi bagian dari mereka.