Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meremehkan Profesi

4 Desember 2018   05:50 Diperbarui: 4 Desember 2018   21:17 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernyataan Pak Prabowo mengenai profesi tukang ojek online (ojol) beberapa waktu lalu cukup memantik tanggapan beragam. Ada yang protes keras dengan cara berdemo turun ke jalan atau sekedar menyindirnya di media sosial. Saya melihat bahwa pernyataan Pak Prabowo mewakili persepsi umum masyarakat mengenai 'pilihan profesi' seseorang.

Profesi Sebagai Gengsi

Dahulu, profesi seniman dan olahragawan  dianggap tidak bergengsi. Waktu itu, profesi seniman dianggap tidak bisa menghidupi dan dianggap kurang terhormat di mata masyarakat. Saat ini, begitu banyak anak-anak yang bercita-cita jadi artis dan menjadi atlet. Coba tengok, jika ada audisi penyanyi atau pemain sinetron antrian lumayan panjang. Atlet muda kita pun sering diundang ke televisi sebagai bukti pengakuan prestasi mereka. Apalagi jadi artis, bisa banyak uang di usia muda bahkan masih anak-anak.

Pilihan profesi seseorang tidak hanya berdasarkan besaran gaji. Ada yang memilih profesi semata-mata karena bergengsi di tengah masyarakat. Di kampung saya, profesi guru menjadi pilihan banyak orang meskipun kita tahu gaji guru jauh lebih kecil dari buruh pabrik, kecuali PNS.

Di tengah masyarakat _khususnya masyarakat Sunda_, profesi pedagang tidak menjadi pilihan populer. Bagi orang Sunda, berdagang itu kalau sudah "kepepet". Apabila mencari pekerjaan susah atau di-PHK dari perusahaan maka berdagang jadi pilihan. Dalam persepsi orang Sunda, terutama di desa, pedagang itu dianggap profesi yang tidak bisa memberikan kepastian pendapatan.

Dapat dipahami jika ada persepsi begitu, karena orang Sunda masih terpengaruh  budaya nenek moyang. Dimana, kasta sosial masih diukur dari profesi yang dijalani.

Kondisi ini berbeda terbalik dengan budaya Cina. Berdagang seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan yang selalu diidentikan dengan orang Cina. Kalau malam, saya suka nonton serial drama Feather Flies to The Sky di TVRI yang mengisahkan seorang pedagang sukses di negeri panda itu.

Jika memperhatikan alur cerita sinetron tersebut, jelas terlihat bahkan diceritakan cukup detail bagaimana sebaiknya menjadi pedagang yang baik. Maaf, sinetron dalam negeri masih jarang yang menyajikan cerita hingga detail sehingga sulit menangkap pesannya. Saya baru nonton NET TV saja, dimana sinetron dibuat lebih realistis. Sinetron The East sangat memikat anak muda untuk bekerja di bidang pertelevisian. Suasana kerja yang tidak membosankan dan penuh tantangan sepertinya menjadi alasan orang untuk masuk dunia pertelevisian.

Imej suatu profesi yang dijalani jelas mempengaruhi orang untuk memilih profesi itu. Apabila kesehariannya rapi dan 'perlente' tentu saja banyak diminati. Tetapi, sepertinya persepsi itu hanya berlaku di pedesaan atau di masyarakat Indonesia.

Di perkotaan, persepsi "bekerja harus rapi" itu mulai pudar. Coba tengok di kantor Google atau Bukalapak. Setahu saya, para pekerja di sana tidak diwajibkan pakai jas dan berdasi. Pakai kaos oblong pun boleh!

Berseragam, menjadikan imej kuat jika profesi itu bisa mengangkat "gengsi". Hal itu lumrah adanya. Saya pernah membaca novel-novelnya Andrea Hirata, dimana waktu itu orang Belitung sangat menghormati orang yang bekerja dengan seragam. Sekarang, sebagai penulis Andrea Hirata kayaknya jarang pakai seragam. Padahal, dia dikenal banyak orang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun