Ngarai Sianok terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan permukaan bumi retak dan menciptakan lembah yang dalam serta curam. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah mengusulkan Ngarai Sianok sebagai bagian dari geosite Geopark Ranah Minang. Kawansan Geoparak Ngarai Sianok-Maninjau merupakan salah satu destinasi wisata andalam di Sumatera Barat yang terletak di Kota Bukittinggi. Secara administratif, kawasan ini termasuk kedalam wilayah kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Dengan pemandangan yang memukau, Geopark Ngarai Sianok-maninjau memiliki potensi besar untuk menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan. Selain memiliki keragaman geologi yang menarik, kawasan ini juga kayak akan keanekaragamaan hayati serta budaya yang beragam (Fadisa et al., 2022).
Ngarai Sianok membentang sepanjang 15 kilometer dengan kedalamaan mencapai 100 meter dan lebar sekitar 200 meter. Dinding-dinding ngarai yang terjal dihiasi oleh tumbuhan hijau yang subur, menciptakan pemandangan alam yang sangat memukau (Armanda et al,2024). Keunikan geologi Ngarai Sianok berasal dari lokasinya yang berada dalam zona lembahan patahan sesar sumatera. Sesar ini berpotensi mengalami reaktivasi di masa depan, yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Selain itu, di dalam kawasan ini juga terdapat fenomena geologi besar, yaitu kaldera maninjau yang berukuran 34 km x 12 km, kaldera ini merupakan sebuah danau dengan volume air mendekati 100 km2 serta memiliki formasi batuan dan endapan piroklastika dari hasil erupsi di masa lalu (Fadhly & Hadiyansyah, 2021).
Dengan kondisi geologi yang unik, geopark ini memiliki berbagai risiko yang perlu dikelola, terutama dalam aspek bencana alam. Bencana yang dapat terjadi diantaranya adalah gempa bumi, tanah longsor, dan banjir bandang. Hal ini disebabkan oleh kondisi geologis Ngarai Sianok yang berada di zona patahan aktif yang berpotensi mengalami pergeseran sewaktu-waktu. Tanah longsor dapat terjadi akibat kemiringan curam serta erosi tanah yang semakin meningkat, terutama pada musim hujan. Sementara itu banjir bandang dapat terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan menalir deras ke dalam lembah, sehingga berpotensi merusak jalur wisata serta ekosistem di sekitar kawasan geopark.
Berdasarkan berbagai risiko tersebut, diperlukan adanya strategi manajemen risiko agar pengelolaan Geopark Ngarai Sianok tetap menganut sistem berkelanjutan dan aman bagi wisatawan maupun masyarakat setempat. Langkah-langkah yang dapat diterapkan antara lain adalah penguatan struktur fisik untuk mengurangi potensi longsor dan erosi, perbaikan infrastruktur wisata untuk meningkatkan keselamatan pengunjung, serta pengembangan sistem peringatan dini terhadap potensi bencana. Selain itu diperlukan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan mengenai mitigasi risiko bencana serta pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Dari skonteks pemerintahan, koordinasi antara pemerintah daerah, pengelola wisata, dan masyarakat setempat sangat diperlukan guna mencipatakan sistem pengelolaan wisata yang lebih inklusif dan sustainable.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI