Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf ST
Muhammad Yusuf ST Mohon Tunggu... Arsitek - ASN, Arsitek Freelance yang Hobi Menulis

Anak Kendari, yang Menikah di Bulukumba, pernah Tugas di Halmahera Tengah, Makassar dan sekarang di Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Punya Minat ; 🕌Belajar Islam ✔️ ☕Ngopi Bareng, 🍱Wisata Kuliner, ✍️Sketsa Tangan, 🖍️Desain Grafis, 🏡Desain Arsitektur, 🏕️Rihlah/Traveling, 🥋Olahraga Tarung, 📝Membaca dan Menulis, 🎥Video Editing dan Nonton Movie.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bijak adalah Kebajikan, Dewasa adalah Pilihan

1 Oktober 2022   10:22 Diperbarui: 1 Oktober 2022   10:26 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"i" Ilustrasi Shalat menunjukkan Kewajiban tanda sudah Dewasa

Waktu kecil, kita mungkin sering mendengar Kisah Kebijaksanaan dari berbagai Kalangan. 

Entah itu Kebijaksanaan dari kalangan para Filsuf, Kebijaksanaan para Pemimpin Dunia maupun Kebijaksanaan orang-orang yang terkenal akan Keshalehan mereka.

Lalu apakah yang dimaksud dengan Kebijaksanaan itu?

Menurut penjelasan dari Wikipedia, Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk mengatur dan belajar diri sendiri dengan memakai akal budi. Kebijaksanaan biasanya dianggap sebagai kebajikan.

Sebagai seorang Muslim tentu kita tidak lagi bingung akan bagaimana bersikap Bijaksana, karena kita sudah memiliki Rasulullah sebagai Suri Tauladan Terbaik.

Sebagaimana Firman Allah yang artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab : 21)

Mengapa sikap Bijak sangat diperlukan?

Karena dengan Sikap Bijak kita bisa meredam konflik. Yang mana adanya Konflik sangat disenangi oleh musuh utama manusia, yakni Syaithan yang menaruh Dendam tak berujung pada Nabi Adam dan Keturunannya.

Maka dengan sikap yang Bijak minimal kita bisa bersikap dengan sikap yang terbaik. Menimbang yang mana Kemaslahatan dan Mudharat. Tak semua orang dan kondisi bisa diperlakukan sama. Kapan harus bersikap Keras, bersikap Lembut, dan lain-lain. Dalam Ushul Fiqh pun hal tersebut dipelajari. Yang mana hal tersebut juga menunjukkan sikap Kedewasaan berpikir dan bersikap.

Dalam hidup, belajar untuk bersikap bijak dan dewasa tak mempunyai batas waktu. Kalaupun ada batasnya, maka batasnya adalah hingga maut menjemput, karena itulah batas umur kita di dunia.

Namun yang perlu diingat, seberapapun sikap Bijakmu atau Sikap Kedewasaanmu, yang menentukan Dewasa atau Tidak adalah Tukang Cukur... Becanda :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun