Mohon tunggu...
Muhammad Viky Firmansyah
Muhammad Viky Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - esto te ipsum

Justitia,veritas,sapientiam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagiaan Masa Sekarang atau Kebahagiaan Masa Depan?

30 Desember 2021   21:32 Diperbarui: 10 Februari 2022   19:46 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foothillsbiblechurch.org

Setiap manusia pasti menginginkan dan membutuhkan kebahagiaan. Dalam hal ini manusia sering kali merasa ingin rasa bahagia itu datang terus menerus tanpa berpikir rasional bahwa kebahagiaan itu sebenarnya dijemput, tidak datang sendirinya seperti hujan. Hujan pun datang karena penguapan yg terjadi di laut, sungai, maupun danau dan melewati proses yang begitu panjang. Begitu pula dengan kebahagiaan, ia melewati banyak proses atau bahkan proses itulah yang membuat kita bahagia.

Banyak yang mengira kebahagiaan adalah suatu keadaan ketika kita mendapatkan sesuatu atau meraih sesuatu. Namun, kebahagiaan yang sesungguhnya adalah suatu keadaan pikiran dan perasaan yang ditandai dengan rasa bersyukur atau kecukupan hingga kesenangan, cinta, atau kegembiraan yang cukup intens.

Menurut pandangan Imam al-Ghazali, seperti yang dikutip Buya Hamka dalam bukunya, Tasauf Modern, mengungkapkan, "Bahagia dan kelezatan yang sejati ialah bilamana dapat mengingat Allah,bukanlah kebahagiaan itu pada pengumpul harta benda, tetapi takwa akan Allah itulah bahagia."

Jika kita ulas lebih lanjut, kebahagiaan dapat terbagi menjadi dua yaitu kebahagiaan saat ini(masa sekarang) dan kebahagiaan di masa depan.

Kebahagiaan saat ini atau masa sekarang dalam artian terjadi pada masa remaja, banyak remaja sekarang lebih mementingkan kebahagiaan saat ini daripada kebahagiaan di masa depan. Contoh yang sering terjadi seperti menghabiskan waktu hanya untuk membuka sosial media tanpa tujuan yang jelas bahkan untuk hal negatif, ada juga yang menghabiskan waktu untuk menjalin hubungan cinta "berpacaran" yang kurang jelas tujuannya bahkan hampir tidak ada manfaatnya dan tanpa mereka sadari itu mengarahkan mereka ke hal negatif.

Beberapa dari mereka memberi argumen bahwa jika tidak "berpacaran" maka tidak akan mendapatkan pengalaman atau referensi untuk menjalani hubungan yang lebih serius yaitu ke ranah pernikahan, padahal banyak sekali referensi yang bisa mereka rasakan tanpa menjalani hubungan "berpacaran" yaitu dengan membaca buku, menonton film dengan genre yang berkaitan untuk menambah referensi, atau bisa juga di sosial media dengan mengikuti influencer atau publik figure yang ahli dan fokus dalam bidang tersebut.

Bahkan ada yang merelakan masa depannya hanya demi kenikmatan sesaat(pergaulan bebas), banyak orang memilih hubungan "berpacaran" dengan dalih memberikan rasa aman dari orang lain tapi ia malah merusaknya sehingga mengakibatkan hilangnya harga diri seseorang.

Kebahagiaan masa sekarang tidak hanya mengenai hal-hal negatif. Tapi, juga ada hal positifnya yaitu seperti memperdalam passion, belajar mencintai diri sendiri, mencari tahu kekurangan dan kelebihan diri sendiri, memperdalam ilmu pengetahuan, bertakwa, berkontribusi untuk masyarakat sekitar atau sekedar berpendapat & memberi solusi mengenai suatu hal.

Tentu tidak mudah untuk melakukan hal positif tersebut, bahkan tidak sedikit orang yang menentang hal-hal positif yang kita lakukan. Contohnya jika kita hanya sekedar mengutarakan pendapat tentang buruknya penanganan korupsi di suatu negeri atau tentang minimnya hak warga negara yang kurang dipenuhi oleh pemerintah, tentunya tidak sedikit orang akan menentang pendapat tersebut atau justru pemerintahan negara tersebut yang menentangnya. Bahkan jika kita berkarya atau sekedar melakukan hal yang kita suka, akan ada orang yang membenci kita ketika melakukan hal itu.

Karena kita tidak bisa selalu memikirkan apa kata orang setelah kita melakukan sesuatu atau berkarya, jika kita terus-menerus memikirkan hal tersebut maka kita tidak akan bisa memulai dan menghasilkan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun