Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Gadis Pengayak Tanah itu Akhirnya Gapai Medali Emas PON 2016

29 September 2016   20:03 Diperbarui: 30 September 2016   07:24 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meta Putri Mustika [pelindung kepala warna biru] berhadapan dengan Lisa dibabak Final kelas Randori 50 Kg PON 2016 Jabar [Foto: Edy Saputra]

Masih ingat kisah gadis pengayak tanah? Kisahnya pernah saya tulis di Kompasiana pada tanggal 16 Juni 2015. Dalam tulisan itu, saya mengisahkan tekad bulat putri seorang penjual ikan keliling yang terlanjur ingin menggapai “bintang.” Dia adalah Meta Putri Mustika [24], pemegang sabuk coklat cabang olah raga Kempo. Setiap hari berlatih keras dengan metode yang cukup unik, diantaranya menjadi pengayak tanah.

Ketika itu, dia masuk nominasi atlet Pra-PON dari Aceh. Untuk lolos sebagai salah satu atlet, peluangnya sangat kecil, kecuali dengan latihan serius. Menurut Meta waktu itu, saingannya cukup berat, banyak atlet Kempo di Aceh yang lebih baik darinya. Tapi, gadis desa ini bercita-cita ingin meraih tahta tertinggi dalam cabang olah raga Kempo pada PON 2016 di Bandung Jawa Barat.

Memang, dia hanya seorang gadis desa, putri pertama pasangan Syaiful S dan Rusmiati. Berasal dari suatu wilayah terpencil, Kampung Burni Bius Aceh Tengah yang terletak di pedalaman Aceh. Dia sangat menyadari semua keterbatasannya, termasuk keterbatasan sang bapak yang menghidupi keluarga dari hasil menjual ikan keliling. Namun, gadis tinggi semampai ini terlanjur punya cita-cita, semangat dan tekad bulat. Inilah yang membedakan Meta dengan gadis lain yang seusianya.

Pertama sekali melihatnya, saya meyakini bahwa gadis ini akan menjadi “bintang.” Ketika itu, dia sedang berkutat dengan tulang belulang dan sampah prasejarah di lokasi ekskavasi Ceruk Mendale, Kebayakan Aceh Tengah. Disana, dia terkadang memegang kuas, lalu membersihkan tanah dari permukaan tulang belulang. Di hari yang lain, dia memilah dan mencatat temuan sampah prasejarah tersebut berdasarkan asal kotak ekskavasi.

Senin sore, 16 Juni 2015, saya terkejut melihat gadis itu mengayak tanah sisa galian. Didampingi senpai Zul MD, dia mendorong dan menarik ayakan itu kedepan dan kebelakang dengan penuh tenaga. Layaknya kerja seorang laki-laki, padahal dia seorang gadis cantik berkulit kuning langsat. Berhenti mengayak tanah, lalu dia memilih tulang belulang dari permukaan kawat ayak tersebut, dimasukkannya kedalam kantong plastik.

Mengayak tanah untuk melatih kekuatan lengan,” kata senpai Zul MD waktu itu.

Dihari berikutnya, saya pernah melihatnya berlari menelusuri jalanan Kebayakan terus menuju Ceruk Mendale. Selidik punya selidik, rupanya itulah aktivitas latihan yang dilakukan gadis pemegang 9 medali dari cabang olah raga Kempo. Sambil berlatih, Meta begitu gadis ini biasa dipanggil, ternyata dipekerjakan oleh DR Ketut Wiradnyana MA [arkeolog dari Balar Medan] sebagai tenaga lokal [tenlok]. Dari pekerjaan itu, dia memperoleh upah lumayan besar, yaitu Rp 1.050.000.

Uang itu akan saya gunakan untuk membayar cicilan sepeda motor,” ungkap alumni SMAN 8 Takengon.

Tekad bulat melahirkan perbuatan nyata...,” begitu tulis Bung Karno, 55 tahun lalu, pada sebuah prasasti di tugu Darussalam Banda Aceh. Dan, Meta Putri Mustika terobsesi untuk  membuktikan “keampuhan” kata bijak tersebut. Bermula ketika dia terpilih untuk ikut Pra-PON 2015 di Bandung. Dia lolos untuk kelas Randori 50 Kg. Setelah itu, dia dinyatakan berhak memperkuat kontingen Provinsi Aceh dalam PON 2016 di Bandung Jawa Barat.

Senang? Tentu kata Meta, inilah jalan terang untuk menggapai “bintang.” Alhamdulillah Ya Rabb, bisik gadis itu sambil menengadahkan tangan. Dan, sejak tanggal 17 September 2016, dia bersama atlet Kempo asal Aceh menjejakkan kaki di Bumi Siliwangi, Bandung. Tentu rasa bimbang dan cemas menggayuti perasaan hatinya. Kenapa? Lawan yang akan dihadapi Meta umumnya atlet Kempo terbaik dari seluruh Indonesia.

Perasaan sebelum bertanding selalu cemas akan hasil nantinya.. Lawannya berat semua pak...,” tulis Meta melalui messenger Facebook.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun