Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

BBM Langka, Warga Takengon Naik Kuda

29 Mei 2012   17:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:37 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_184363" align="aligncenter" width="640" caption="Dua orang remaja akhirnya memanfaatkan kuda sebagai sarana transportasi ditengah makin langkanya BBM"][/caption] Akhir-akhir ini, kelangkaan BBM jenis premium maupun solar bukan hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi krisis ini telah meluas hampir ke seluruh penjuru tanah air. Konon karena pembatasan pasokan BBM ke sejumlah SPBU mengakibatkan terjadinya antrian kenderaan di setiap SPBU. Barangkali, antrian paling parah terjadi di SPBU Kemili, Kabupaten Aceh Tengah, satu-satunya SPBU di Kota Takengon pasca terbakarnya SPBU Tan Saril beberapa bulan lalu. Dari pengamatan kompasianer hari ini, Selasa (29/5), terlihat antrian di SPBU Kemili mencapai 1 Km. Antrian itu sudah berlangsung sejak pukul 15.00 WIB, bahkan menurut warga sekitar, antrian itu pernah berakhir menjelang waktu subuh. Itupun karena BBM-nya sudah habis. Pastinya, antrian itu menyebabkan jalan protokol menuju ke pusat Kota Takengon mengalami kemacetan. Krisis kelangkaan BBM di Kota Takengon maupun wilayah Kabupaten Aceh Tengah mendorong naiknya harga jual BBM ditingkat pengecer. Di beberapa tempat yang letaknya jauh dari ibukota Kabupaten, harga BBM bahkan bisa mencapai Rp.10 ribu per liter. Meskipun sangat memberatkan, toh masyarakat terpaksa membelinya, karena mereka perlu kenderaan menuju ke ladangnya. [caption id="attachment_184364" align="aligncenter" width="640" caption="Antrian kenderaan yang akan mengisi BBM di SPBU Kemili, Takengon Aceh Tengah"]

13383110201858597839
13383110201858597839
[/caption] Ketika terjadi kelangkaan BBM pada hari Minggu (27/5) kemarin, jalanan kelihatan lengang. Hanya beberapa sepeda motor yang berseliweran melintasi jalan utama Kota Takengon. Sepertinya, kelangkaan BBM benar-benar telah melumpuhkan mobilitas warga. Diantara kepanikan warga terhadap kelangkaan BBM, ternyata terlihat dua orang remaja yang memanfaatkan kuda peliharaannya sebagai sarana angkutan. Pemandangan unik itu berhasil kompasianer abadikan ketika salah seorang remaja itu sedang mengendarai kudanya, sementara yang satu lagi menarik kudanya. Karena peristiwanya berlangsung begitu cepat, kompasianer tidak sempat mewawancarai dua orang remaja itu. Namun, Pak Saleh (63), salah seorang pedagang yang membuka kios rokok di tepi jalan protokol itu, kebetulan sama-sama menyaksikan peristiwa unik tersebut. Dia mengaku baru kali ini melihat kembali orang naik kuda di jalan raya. Dahulu, lanjut Pak Saleh, ketika belum banyak warga memiliki sepeda motor dan mobil, pemandangan orang-orang naik kuda adalah hal biasa. Pada tahun 1970-an, selain digunakan untuk pacuan dan membajak sawah, kuda menjadi alat transportasi penting di Kota Takengon. Berbelanja ke pasar atau pergi ke ladang, orang-orang terbiasa naik kuda. “Sekarang, kuda hanya untuk pacuan,” tambah Pak Saleh. Ditempat terpisah, Aman Riska (52), seorang peternak kuda yang tinggal di Kampung Lemah Burbana, kepada kompasianer membenarkan bahwa permintaan terhadap anak kuda unggul makin meningkat. Kuda-kuda yang diminati oleh para penggemar kuda memang bukan digunakan sebagai sarana transportasi atau membajak sawah, tetapi sebagai kuda pacu. Oleh karena itu, tambah pemilik delapan ekor kuda betina itu, ketika seekor anak kuda lahir sudah ada peminat yang menandainya. Mereka langsung memberi panjar sambil menunggu anak kuda itu berusia satu tahun. Terhadap anak kuda yang telah berusia setahun, harganya mencapai Rp.25 juta per ekor. Sampai saat ini, dia telah berhasil menjual tiga ekor anak kuda, sementara yang dua lagi masih berusia tiga bulan. Anak kuda peliharaan Aman Riska memang sangat diminati para penggemar kuda, karena induknya merupakan kuda-kuda juara di setiap event Pacuan Kuda di Dataran Tinggi Gayo. “Anak kuda inipun sudah diberi panjar,” ungkap Aman Riska sambil menyikat seekor induk kuda. Ketika ditanya kompasianer tentang dua remaja di kawasan Kebayakan yang mengendarai kudanya karena kelangkaan BBM, Aman Riska sedikit kaget. Katanya, sudah lama orang tidak mengendarai kuda untuk keperluan transportasi, biasanya manfaat kuda di Aceh Tengah hanya untuk dipacu. “Kalau BBM makin langka, tidak mustahil saya pun akan naik kuda,” imbuh lelaki beranak empat itu sambil tertawa.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun