Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kopi Gayo, Potensi UMKM dari Pelosok Aceh

23 November 2018   00:15 Diperbarui: 23 November 2018   06:19 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Win Ruhdi Bathin, pengusaha UMKM Kopi Gayo sedang menyortir kopi, dan di mejanya terlihat arsip faktur pengiriman via JNE (Foto: Syukri MS)

Cafe-cafe internasional maupun lokal mulai memposisikan kopi jenis arabika itu sebagai primadona. Mereka membubuhkan nama kopi Gayo dalam daftar menu. Sebelumnya, kopi Gayo tidak ada dalam daftar menu karena digolongkan sebagai kopi Sumatera.

"Booming" kopi Gayo membuka mata para petani dan anak muda di Dataran Tinggi Gayo (wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah). Menjamurlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah dingin itu. Baik berbentuk usaha jasa sangrai kopi (coffee roasting), sampai usaha cafe atau coffee shop.

Dipelopori pertama kali oleh Haji Yusrin, owner Bergendaal Koffie, sekitar tahun 2008. Dia mengolah biji kopi hasil panen dari ladangnya menjadi bubuk kopi (coffee powder) dan roasted bean coffee. Kemudian memperkenalkan produk itu melalui cafe miliknya yang bernama Bergendaal Cafe, terletak di Simpang Teritit Kabupaten Bener Meriah.

Produknya yang kaya aroma dan cita rasa mulai dikenal dan disukai para pengopi. Pelan-pelan, produk Bergendaal Koffie merambah pasar kopi dalam negeri. Produk itu dikirim via jasa ekspedisi kepada para pelanggannya di sejumlah kota di Indonesia.

Jejak Haji Yusrin direplikasi oleh orang lain. Diantaranya lebih dari 50 cafe sudah berdiri di kawasan itu. Ada yang berada di Takengon (ibukota Kabupaten Aceh Tengah), di Simpang Tiga Redelong (ibukota Kabupaten Bener Meriah), bahkan beberapa orang memilih lokasi cafe di ladang kopi.

Win Ruhdi Bathin didepan mesin roastingnya (Foto: Syukri MS)
Win Ruhdi Bathin didepan mesin roastingnya (Foto: Syukri MS)
Mudah ditracking

Marketnya adalah para pengopi dan wisatawan yang berkunjung ke daerah itu. Tidak sebatas kebutuhan ngopi di cafe, bubuk kopi (coffee powder) dan roasted bean coffee juga dikirim ke seluruh Indonesia dan luar negeri sesuai pesanan para penyuka kopi Gayo.

Media jejaring sosial (medsos) sangat membantu, sebagai bursa iklan plus ajang transaksi. Komunikasi di medsos itu cukup efektif, berhasil meningkatkan permintaan dari berbagai penjuru negeri. Akibatnya apa? Banyak rumah warga yang telah berubah fungsi menjadi lokasi industri rumah tangga atau UMKM.

Salah satu dari sekian banyak rumah warga yang ikut berubah fungsi adalah rumah Win Ruhdi Bathin. Rumahnya terletak di pelosok desa, Kampung Paya Serngi, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah.

Rumah yang berada ditengah-tengah ladang kopi itu, diketahui semua orang sebagai lokasi industri rumah tangga untuk usaha sangrai kopi (coffee roasting). Dari tempat ini pula keluar produk bubuk kopi (coffee powder) dan roasted bean coffee dengan merek WRB Coffee.

Produk roasted bean coffee itu sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan cafenya yang berada di Jalan Yos Sudarso Takengon. Win Ruhdi Bathin juga tidak menampik order dari para pelanggan. Faktanya, secara rutin mengirim bubuk kopi atau roasted coffee ke beberapa kota di Indonesia, termasuk ke Selangor Malaysia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun