Mohon tunggu...
Muhammad SufyanRabbani
Muhammad SufyanRabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo Gais! Saya Muhammad Sufyan Rabbani merupakan mahasiswa prodi pendidikan sosiologi di Universitas Negeri Jakarta. Saya memiliki minat yang tinggi dalam bidang literasi dan sedang tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Perilaku Fear Of Missing Out (FOMO) dalam Masyarakat Era Digital

22 Maret 2023   01:52 Diperbarui: 25 Maret 2023   22:14 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fomo (Sumber: Freepik)

Perkembangan teknologi komunikasi inilah yang kemudian menciptakan alat-alat komunikasi yang lebih modern, seperti radio, ponsel, dan laptop. Dalam sebuah ponsel terdapat banyak aplikasi yang dapat memudahkan penggunanya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, contohnya seperti media sosial.

Sosial media merupakan media online di mana penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan membuat konten, termasuk blog, social network atau jejaring sosial, forum dan dunia virtual. 

Media sosial mengajak semua pihak yang mempunyai keinginan untuk berperan serta dengan memberikan saran terbuka, berkomentar dan berbagi informasi secara cepat dan tanpa batas. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan seseorang. Seseorang yang tidak terkenal dapat menjadi terkenal di media sosial atau sebaliknya. Bagi masyarakat, media sosial sudah menjadi candu yang membuat penggunanya seharian dapat membuka media sosial.

Kehadiran media sosial ini membawa dampak positif maupun negatif. Di satu sisi media sosial dapat mendekatkan yang jauh, tetapi di sisi lain hal ini dapat meningkatkan perilaku Fear Of Missing Out atau FOMO. 

Fenomena sindrom Fear Of Missing Out atau FOMO merupakan salah satu fenomena komunikasi intrapersonal di mana informasi yang beredar di media sosial menimbulkan perasaan cemas, khawatir, dan takut ketinggalan informasi. 

Orang yang mengalami sindrom FOMO di media sosial tampak kurang puas dengan kebutuhan, suasana hati, dan kepuasan hidup yang rendah dalam situasi nyata. Tentunya fenomena ini terjadi dikarenakan pesatnya perkembangan teknologi yang mudah diakses sehingga masyarakat selalu ingin update terhadap segala hal yang sedang terjadi. 

Namun, hal ini sangat berbahaya ketika seseorang mengalami FOMO akut di mana orang tersebut mengalami masalah dengan identitas diri, kesepian, citra diri yang negatif, ketidakcukupan, perasaan dikucilkan dan iri hati.

Perasaan FOMO yang tidak terkendali dapat menyebabkan hal-hal negatif, seperti kelelahan, stres, depresi bahkan sulit tidur. Perasaan ini berkontribusi pada ketidakpuasan seseorang dengan hidupnya dan merasa bahwa apa yang telah atau pernah mereka lakukan, seakan tidak pernah puas. 

Selain itu, hal ini dapat memicu masalah keuangan, seperti seseorang yang rela membayar mahal terhadap suatu barang agar tetap update dan tidak ketinggalan zaman. FOMO berdampak pada masalah kesehatan mental dan seharusnya pengguna internet bisa menghadapi hal tersebut dengan lebih cerdas.

Paparan sindrom FOMO dapat berbahaya dan menyebabkan sejumlah masalah. Pertama, ketika pengguna ingin berkomunikasi di dunia maya, hal itu dapat mempengaruhi keterampilan sosial ketika berinteraksi di masyarakat. Kedua, dapat menimbulkan rasa malu ketika harus berinteraksi di dunia nyata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun