Mohon tunggu...
Muhammad Solihin
Muhammad Solihin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pemimpi dan Pengembara kehidupan

Hidup adalah cerita dan akan berakhir dengan cerita pula. muhammad solihin lentera dunia adalah sebutir debu kehidupan yang fakir ilmu dan pengetahuan. menapakin sebuah perjalanan hidup dengan menggoreskan cerita kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Pawang Hujan di Era Digital

1 Juli 2021   06:58 Diperbarui: 7 Juli 2021   17:43 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi sebagian orang, musim hujan sering kali dianggap "berkah" dan "musibah". Seperti para petani, hujan merupakan sesuatu yang ditunggu kehadirannya. Hujan merupakan berkah dari Tuhan  lantaran padi mereka membutuhkan asupan air.

 Tapi tidak bagi penjual es keliling, musim hujan dirasa akan menurunkan omset penjualan. Begitu pula orang yang mempunyai  hajatan sunatan, pernikahan atau kegiatan keagamaan di ruang terbuka, hujan bisa dikatakan sebagai "musibah".

Hari itu aku sowan dan berbincang banyak bersama  mbah Seger di rumahnya. lelaki paruh baya (55 tahun) berperawakan cungkring, berambut gondrong dan berjenggot putih. Musim penghujan menjadi berkah untuknya. Ia kerap  dipanggil orang yang punya hajatan, menggunakan jasanya. Bahkan tidak jarang perusahaan besar tidak ragu-ragu mengontrak dirinya sebagai "pawang hujan". 

Apa sih "pawang hujan" itu?

Pawang hujan adalah  orang yang memiliki kemampuan mengendalikan hujan dengan cara memindahkan atau menggeser hujan ke daerah/ tempat lain. Sejatinya pawang hujan tidak menolak ataupun menghentikan hujan. Mereka hanya memindahkan awan gelap (mendung) dari satu tempat ke tempat lainya.

Di Indonesia, kemampuan seorang pawang hujan digunakan pada saat penyelenggaraan hajatan besar seperti: sunatan, pernikahan, acara desa dan keagamaan yang menggunakan ruang terbuka. Banyak dari masyarakat Indonesia yang meyakini kesaktian pawang hujan.

Pengakuan mbah Seger, tarif sebagai seorang pawang hujan cukuplah lumayan. Sekitar lima ratus ribu hingga satu juta lima ratus ribu rupiah dalam sekali ritual. Sudah barang tentu, harga tersebut bukanlah harga tarif kontrak dengan perusahaan. 

*****

Di belahan dunia lain, ternyata profesi pawang hujan juga ada. Seperti halnya di Negara Afrika Selatan. Pawang hujan di kenal dengan istilah "moroka". Tugasnya pun sama yakni mampu mengendalikan hujan. Cara ritualnya memberikan persembahan dan uang sebagai mahar. Nantinya, Seorang "moroka" akan memukulkan barang-barang agar menghasilkan bunyi-bunyian khusus, guna menghalau hujan.

Di Negara matahari terbit, pawang hujan menggunakan boneka berwarna putih (teru-teru bozu) sebagai media dalam memindahkan hujan.

Lain halnya di Negara gajah putih, Thailand. Pawang hujan harus lah seorang gadis perawan yang masih suci bersih. Ia akan melakukan ritual khusus dan menancapkan "serai" ke tanah dengan cara membalik posisi "serai" tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun