Mohon tunggu...
Muhammad Shidqi Aldiansah
Muhammad Shidqi Aldiansah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Penyiaran UIN Jakarta, Founder Societeit de Boejang

Mahasiswa Komunikasi Penyiaran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, warga Jakarta, suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencari Solusi Urgensi Literasi

26 November 2021   09:43 Diperbarui: 26 November 2021   10:10 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menilik dari sejarah, bangsa Indonesia dapat melakukan pergerakan dan bahkan mendapatkan kemajuan sedikit demi sedikit karena adanya golongan terpelajar yang rajin membaca dan cinta dengan ilmu-ilmu yang tertulis dalam buku, sehingga mereka menjadi sosok yang terpelajar. Mereka yang gemar membaca dan rajin menganalisa dari apa yang mereka baca lambat laun memahami dan menyadari bahwa ada yang salah dengan bangsa mereka yang semakin hari semakin ditindas oleh penjajah pada saat itu, sehingga menimbulkan kegeraman yang mendalam dan semangat untuk merdeka dari penjajahan. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang mereka miliki, mereka mencari cara agar bangsa Indonesia bisa lepas dari cengkraman penjajah.

Dampak perjuangan dan pemikiran mereka pun dapat kita rasakan hingga saat ini, juga sebagai bukti bahwa literasi dapat menjadikan seseorang menjadi tokoh besar yang cerdas, serta dapat membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.

Selain itu, hampir setiap hal-hal besar dan revolusioner berawal dari sebuah bacaan yang menggugah orang untuk menjadi sosok yang maju dan kompeten. Riset pun menyebutkan bahwa negara-negara maju adalah negara-negara yang memiliki minat baca tinggi, melansir dari The Worlds Most Literate Nations, mereka merilis daftar negara-negara beserta peringkat literasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Jhon W. Miller yang merupakan Presiden Central Connecticut State University, New Britain ini menyebut bahwa dari 61 negara yang menjadi objek kajian, negara dengan indeks literasi tertinggi dan paling terpelajar adalah Finlandia, dan Indonesia sendiri menempati peringkat ke-60 dari 61 negara yang diuji.

Hal tadi merupakan tamparan keras, mengingat bangsa Indonesia memiliki budaya dan tradisi yang sangat kental akan literasi dan sastra, mulai dari kitab-kitab karya para Mpu agama Hindu zaman kerajaan Hindu Buddha di Indonesia, babad tanah jawi milik kerajaan Islam, hingga syair-syair hebat karya para penyair bangsa yang selalu melakukan regenerasi dari waktu ke waktu.

Contoh-contoh tadi menunjukkan kekayaan dan keberagaman literasi yang dimiliki bangsa Indonesia, terlebih banyaknya suku yang terdapat di Indonesia semakin menambah variasi sastra yang ada di Indonesia. Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa telah terjadi pergolakan besar-besaran dari arus globalisasi yang semakin menonjolkan kemunduran demi kemunduran masyarakat terutama dalam bidang literasi, sehingga kita harus secepatnya mencari solusi atas urgensi ini, karena rasa-rasanya sangat disayangkan bila bangsa yang memiliki rekam jejak yang baik dalam hal literasi dan kepenulisan ini harus kehilangan aspek penting yang dapat memajukan masyarakat dan negara.

Menurut penulis, karakteristik masyarakat Indonesia yang lebih suka mengobrol dibanding membaca sebetulnya juga menimbulkan dampak sangat serius. Selain berdampak kurangnya wawasan, salah satu akibat fatalnya adalah banyak dari mereka yang lebih percaya isu yang datang dari mulut ke mulut dibanding berita yang tertulis dengan data konkrit, ada juga yang hanya suka membaca judul dan langsung menyimpulkan, bahkan ada juga yang tak bisa membedakan antara satire dengan hoaks. Hal-hal tadi berujung dengan mudahnya hoaks masuk ke ruang lingkup masyarakat, terlebih jika kabar hoaks itu sesuai dengan opini mereka, maka tak jarang mereka langsung membagikannya tanpa melakukan verifikasi kebenaran atas kabar tersebut yang berakibat timbulnya banyak berita simpang siur dan kerap menimbulkan konflik di tengah-tengah masyarakat.

Di sini semakin terlihat betapa pentingnya membaca, apalagi dimasa sekarang sangat mudah bagi seseorang untuk memiliki dan mengoperasikan gawai, tapi percuma saja bila tak diselingi dengan kemampuan mengevaluasi informasi yang baik.

Yang menjadi problem adalah sulitnya literasi masuk ke ruang lingkup masyarakat dan diminati masyarakat Indonesia. Ini menimbulkan pertanyaan besar jika melihat telah adanya banyak contoh nyata dari sejarah bangsa Indonesia sendiri yang berhasil melakukan pergerakan pada masa penjajahan, karena kesadaran orang-orang terpelajar yang menemukan metode untuk merdeka yang tentu mereka dapatkan lewat bacaan-bacaan yang mengubah pola pikir dan memberikan semangat juang untuk merdeka. Mungkin wajar jika saat itu minat baca masyarakat masih rendah, mengingat sulitnya bersekolah dan mendapat pendidikan layak. Namun bila melihat kondisi saat ini, tak ada alasan sepertinya untuk bangsa Indonesia tak lepas dari urgensi literasi ini.

Membaca juga punya segudang manfaat yang dapat membangun masyarakat. Seperti bisa menjadi solusi atas tingginya angka pengidap demensia atau pikun di Indonesia, karena membaca dapat menguatkan memori, menstimulasi mental, serta dapat mencegah penurunan fungsi kognitif sehingga dapat mencegah terjadinya Alzheimer dan demensia. Membaca juga dapat memperbanyak kosakata baku yang sesuai dengan KBBI, mengingat banyaknya masyarakat Indonesia yang minim wawasan tentang kosakata bahasa Indonesia sendiri.

Membaca juga dapat merangsang masyarakat untuk berfikir analitis, sehingga memiliki kemajuan cara berfikir dan tak mudah percaya terhadap kabar bohong yang dapat menjerumuskan mereka. Dari hal-hal tadi, tentu kita dapat menyimpulkan bahwa pola hidup yang disertai budaya literasi akan menimbulkan banyak manfaat, baik secara individu maupun umum. Terutama dalam hal peningkatan kecerdasan masyarakat yang tentunya akan berpengaruh besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia.

Lalu bagaimana cara meningkatkan minat baca?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun