Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Menempatkan Kebaikan pada Tempatnya

13 Desember 2021   11:33 Diperbarui: 16 Desember 2021   13:46 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: memberi sedekah. (sumber: dailymail.com via kompas.com)

Kebaikan kali ini akan dibagi menjadi dua, harus dibalas (dirupakan dalam bentuk sesuatu) dan yang kedua tidak harus dibalas (murni pemberian).

Kalau kebaikan yang harus dibalas, itu contohnya ketika kita bekerja. Kita mengeluarkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk menyelesaikan masalah kantor. Maka itu tentu kantor harus mengupah Anda.

Lantas kalau kantor tidak memberikannya bagaimana? Itu adalah hak Anda untuk menuntut, dan ajaran agama sendiri berkata kalau kita diperintahkan untuk menyegerakan membayar upah pegawai kita.

Sedangkan kebaikan yang tidak harus dibalas, itu contohnya adalah sedekah. Orang yang mengungkit-ungkit sedekahnya itu diibaratkan sebagai anjing yang menelan air ludahnya sendiri.

Itu artinya, sedekah yang kita berikan kepada orang lain (yang membutuhkan) tidak perlu berharap pamrih untuk langsung dibalas.

Kebaikan yang pertama (bekerja), balasannya dapat kita rasakan langsung di dunia. Salah satunya berupa gaji tiap bulan yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Kalau kebaikan kedua (sedekah), balasannya itu berupa rezeki yang tidak terlihat. Seperti urusan terasa lancer semua, bisa tidur nyenyak meski padat pikiran, dan sebagainya.

Nah, yang jadi pertanyaannya adalah berapa persentase yang harus kita bagi antara kebaikan pertama dan kedua? Jawabannya ada pada keinginan kita.

Kebaikan pertama ibaratnya tabungan di bumi yang bisa kita tarik sewaktu-waktu dan kebaikan kedua ibaratnya tabungan langit yang tidak bisa kita tarik sewaktu-waktu.

Kalau menurut penulis dan beberapa pengalaman teman, justru kebaikan pertama harus menjadi penopan bagi kebaikan kedua. Maksudnya itu gimana? Begini penjelasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun