Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Mencari Pemimpin Negarawan

28 Juni 2022   23:25 Diperbarui: 28 Juni 2022   23:41 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Ma'ruf Amin di Salah Satu Kampanye Tahun 2019 (Sumber: Kontan.co.id oleh Willy Kurniawan di Reuters)

Kenapa atau ada pandangan apa terhadap patung yang dibangun pada masa Presiden Soekarno yang juga merupakan ikon Ibukota itu, atau cuma karena lolos dari pandangannya saja? Apakah perilaku dan gerak-gerik calon dianggap hanya angin lalu terhadap masa depan bangsa? Cukupkah hanya melihat ketokohan seseorang saja, pada hal banyak yang penuh dengan gaya pencitraan?

"Hari esok Anda ditentukan oleh pekerjaan Anda hari ini", kata John F. Kennedy. Ini menunjukkan arahan, bahwa apabila kita ingin maju ketika NKRI berusia 100 tahun pada tahun 2045, carilah pemimpin yang baik dan benar dari sekarang. 

Kriteria itu menuntun kita untuk menyelidiki capres/cawapres yang paham sejarah perjuangan bangsa dengan baik, benar dan jujur, serta memahami kenapa terjadi gerakan reformasi pada tahun 1998. Malah, rumusan UUD 1945 asli yang menghendaki Presiden dan Wakil Presiden harus orang Indonesia Asli perlu dikedepankan. 

Rumusan itu digagas oleh para Perintis Kemerdekaan yang mengalami langsung pahit-getirnya penjajahan, dan konsep itu mengandung pesan agar tercapai pembauran melalui asimilasi tuntas apabila ingin menjadi atau mempersiapkan anak-turun menjadi Capres/Cawapres. 

Dengan begitu, jangan lagi timbul kecenderungan keturunan Arab hanya mencari jodoh orang Arab, keturunan Tionghoa mencari orang Tionghoa atau keturunan India hanya mencari jodoh orang India. Rumusan amandemen UUD 1945 setelah reformasi mungkin berbahaya untuk keutuhan dan masa depan bangsa. 

Mementingkan kelompok dan kroninya adalah bentuk ancaman terhadap bahaya ini. Dalam hal ini, proses asimilasi tuntas perlu dicapai agar calon Pimpinan Nasional tidak terkotak-kotak karena ras dan golongan, apalagi dengan khayalan dan agendanya masing-masing yang bisa membahayakan persatuan nasional. Pemimpin yang kita inginkan adalah yang paham sejarah bangsa secara baik dan benar. 

Paham masalah bangsa yang menghambat kemajuan, yaitu kebodohan, kemiskinan dan masalah korupsi. Apabila mengambil konsep agama, pemimpin yang baik adalah sosok yang beriman dan bertaqwa. Bukti dari perilaku pemimpin yang baik dan kategori negarawan adalah : 

tidak suka berbohong, tidak munafik, tidak suka membunuh, tidak suka memfitnah apalagi tanpa dasar, tidak menyekutukan Tuhan dengan bersekutu ke dukun/paranormal, dan tidak berbuat maksiat termasuk korupsi dalam segala bentuknya. 

Semua itu adalah merupakan dosa besar bagi seorang pemimpin yang ancamannya adalah neraka jahanam dan dikhawatirkan bisa berpengaruh terhadap perikehidupan bangsa dan rakyat. 

Pemimpin perlu paham mawas diri bangsa, kenapa Tiongkok dan India yang merdeka belakangan kok bisa lebih dulu maju dalam segala hal. Tentu kita ada yang salah dalam membawa perjalanan bangsa, dan bukan mustahil bisa saja karena pernah salah memilih dan mengamini suatu rezim yang keliru.

Alhasil, kita memerlukan pemimpin negarawan yang ikhlas bekerja untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Bukan orang yang berpura-pura apalagi kalau cuma untuk pencitraan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun