Mohon tunggu...
Muhammad Rifqy Nur Fauzan
Muhammad Rifqy Nur Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tuhan selalu memberikan ilmu melalui alam dan fenomena yang terjadi tanpa disadari oleh manusia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Semesta

24 Juni 2022   03:02 Diperbarui: 24 Juni 2022   03:14 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Grid.id

Semua kita, beda postur. Ada yang tinggi, pendek, gemuk, dan kurus. Dari sisi gender, kita terbagi menjadi laki dan perempuan. Dari sisi usia, terbagi lagi menjadi muda dan tua. Semua ini adalah tinjauan fisik. Celakanya,  idealitas postur kadang dianggap sebagai neraca manusia terbaik.

Dari sisi format wujud, tak ada beda antara kita. Semua kita berwujud manusia yang tampak kecil bila dibandingkan dengan entitas lain dalam semesta. Tampak, kita adalah mikrokosmos, dan semesta adalah makrokosmos. Namun, itu yang tampak. Adapun hakikatnya, kita adalah makrokosmos.

Bagaimana bisa manusia adalah mikrokosmos, sedang yang makrokosmos terkandung dalam wujud manusia. Begitu kira-kira ungkapan dari Ali ibn Abi Tholib.

Wujud manusia adalah wujud komprehensif. Semua level wujud, dari level ketuhanan hingga level alam materi, terkandung dalam wujud manusia. Manusia adalah wujud materi, wujud mitsali, wujud aqli dan wujud ruh Tuhan.

Dalam terminologi tasawuf, empat level eksistensi di atas diistilahkan dengan alam nasut, malakut, jabarut dan lahut. Alam lahut adalah realitas ketuhanan. Realitas ketuhanan (lahut) memiliki dua dimensi: dimensi yang bisa diketahui (lahut epistemable), dan dimensi yang tidak bisa diketahui (lahut agnostif).

Dari sini lahir dua teologi; teologi afirmatif yaitu level sifat, asma dan perbuatan Tuhan yang tentu bisa dikenali. Serta teologi negasi, yaitu level zat Tuhan yang tak terkenali (ghoibul guyub).

Dimensi raga manusia bersesuaian dengan alam materi (nasut). Mental manusia memiliki dua jenis; mental imaginatif yang bersesuaian dengan alam mitsal (malakut), dan mental rasional yang bersesuaian dengan alam akal (jabarut).

Jiwa manusia bersesuaian dengan alam lahut yang bisa dikenali, dan ruhnya bersesuaian dengan lahut yang tersembunyi. Olehnya, ruh adalah hakikat tergaib manusia. Tak diberi pengetahuan tentangnya, kecuali teramat sedikit (QS.Al-isro:85).

Walhasil, manusia adalah wujud semesta. Semua level eksistensi membentuk wujud manusia. Artinya, selain bergerak horizontal di alam materi, manusia juga mampu menempuh gerak menaik, mendaki tangga eksistensi.

Manusia mampu healing ke alam mitsal, alam akal, realitas asma ketuhanan, hingga hilang dalam zat ketuhanan. Bahkan, gerak horizontal dari satu tempat healing ke tempat healing yang lain di alam dunia ini, lebih mahal ongkosnya. Adapun gerak menaik, cuman butuh satu tiket, yaitu perbuatan baik yang dilandasi oleh spirit penghambaan pada wujud yang layak dipertuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun