Mohon tunggu...
M RidhoMarzuki
M RidhoMarzuki Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar, Berjuang dan bertakwa

Buah strawberry rasanya manis Dimakan lima sisanya empat Sebisa mungkin belajar menulis Berharap bisa menebar manfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Respon Islam Nusantara terhadap Budaya

3 April 2020   14:40 Diperbarui: 3 April 2020   14:43 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kali kita akan belajar hal-hal  yang menarik lagi nih terkait Islam Nusantara.

1. Sinkretisme  Islam  Nusantara
Apa itu sinkretisme  Islam Nusantara?  Sinkretisme  Islam  Nusantara  yaitu suatu proses peleburan atau perpaduan antara ajaran  Islam dan budaya Nusantara.  dilakukan secara  damai sehingga menciptakan keserasian dan keseimbangan keduanya.

Bagaimana proses Sinkretisme  Islam dan budaya setempat bisa terjadi?  Hal itu didasari beberapa faktor,  yaitu: Islam datang dengan toleran,  apresiatif dan akomodatif dengan budaya setempat.  Budaya masyarakat setempat yang terbuka bagi semuanya,  yakni dikenal dengan istilah tepo slira.  Lalu terakhir kesamaan ajaran Islam dengan ajaran sebelumnya  yakni Hindu-buddha  yang sama-sama  mengatur kehidupan manusia dengan tuhan dan juga  dengan sesama  manusia.

Lalu muncul pertanyaan,  pada ranah apa saja sinkretisme  bisa terbentuk?  Jawabannya yaitu hanya pada ranah atau tataran ekspresi keagamaan bukan pada syariatnya.  Seperti perayaan hari-hari besar Islam contohnya: Hari Raya Idul Fitri ada halal bihalal,  sungkem,  ketupat dan lontong. lalu pada kesenian, musik, arsitektur, pemerintahan dan sebaginya. Sebenarnya masih banyak yang lainnya,  hal itulah yang membuat corak khas Islam yang ada di Nusantara.  
Menurut Clifford Geertz  dalam bukunya The Religion of Java penyebaran Sinkretisme  Islam di Jawa bisa terjadi karena sebab faktor sosial-geografis yakni antara masyarakat  pesisir dan pedalaman.

Dia membagi kelompok masyarakat menjadi tiga,  yaitu: 1. kelompok abangan yakni mereka yang melaksanakan ajaran Islam tetapi juga masih melaksanakan ajaran tradisi mereka (kejawen) mereka kebanyakan berada di pedalaman yang masih kental dengan ajaran leluhur mereka, 2. Kelompok santri,  yakni mereka kelompok yang mengajarkan Islam secara murni sesuai yang diajarakan.  Mereka kebanyakan berada di daerah pesisir dan disebut sebagai golongan fundamentalis.  3. Kelompok priyayi,  yakni mereka yang dekat dengan kekuasaan yang melaksanakan ajaran Islam dan juga ajaran sebelumnya sehingga melahirkan akulturasi budaya.  Lalu selanjutnya diikuti oleh para pengikutnya atau rakyatnya,  seperti tradisi-tradisi  keraton dan kerajaan.

2. Akomodasi  dan Akulturasi
Akomodasi adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah antar kedua belah pihak.  Lalu akulturasi yakni hasil dari suatu proses atau proses itu sendiri yang menggabungkan suatu unsur kebudayaan baru pada kebudayaan yang lama tanpa merubah kebudayaan yang lama itu sendiri.

Lalu seperti apa contohnya dalam Islam Nusantara?  Hal itu bisa kita lihat pada arsitektur,  musik,  kesenian,  sistem pemerintahan,  dll.  Seperti yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan kesenian wayangnya dan tembang-tembang  jawanya.
Menurut Max Woodward dalam bukunya Islam Jawa mengatakan Islam Jawa masih memiliki keunikan sendiri,  terasa lebih hidup karena syarat makna dan dimensi.

3. Sikap Islam  terhadap  tradisi
Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwa  Islam itu sangat terbuka terhadap budaya.  Ya asalkan budaya itu baik dan tidak bertentangan dengan agama.  Jika budaya itu jelek maka akan dihilangkan seperti kebiasaan minum arak,  bermain judi,  bermain wanita dan sebagainya.  Hal itu sejalan dengan tujuan datangnya Islam yakni sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk menjadi hamba yang baik bagai sesama dan tuhannya yakni Allah.  Tanpa harus menghilangkan budaya sebagai identitas dan ciri khas yang saling menguatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun