Mohon tunggu...
Muhammad Rhehan
Muhammad Rhehan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manajemen Industri SV IPB 58

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkaca dengan Rendahnya Peminat Baca di Indonesia

1 Agustus 2021   08:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   08:31 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Literasi adalah kemampuan menulis dan membaca individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Apa sih pentingnya literasi? Secara garis besar, literasi penting dalam menumbuhkan pikiran kritis individu ketika membaca sebuah karya tulis dan meningkatkan pemahaman dalam pengambilan kesimpulan. 

Namun, sayangnya, tingkat literasi di Indonesia masih terbilang rendah. Hasil studi PISA (Programme for International Student Assesment) 2018 menyatakan bahwa tingkat literasi Indonesia berada pada posisi ke-62 dari 70 negara serta dikutip dari survei World Culture Index Score 2018, kegemaran minat membaca masyarakat Indonesia masuk dalam peringkat ke-17 dari 30 negara.

Sangat disayangkan, Indonesia yang merupakan Negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia masih menempati peringkat kedua terendah dalam bidang literasi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah perpustakaan yang masih belum dianggap begitu penting oleh pemerintah daerah, hal itu diungkapkan oleh Suhajar Diantoro, Staff Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan. 

Menurut data Kemendagri, baru 1.685 dari 7.094 kecamatan yang memiliki perpustakaan. Sisanya, ada 5.000 kecamatan di Indonesia yang belum memiliki perpustakaan. Artinya, perpustakaan umum masih sulit diakses oleh sebagian besar daerah di Indonesia. Ketidakmerataan persebaran perpustakan juga merupakan faktor penyebab rendahnya tingkat literasi Indonesia. 

Pulau jawa masih mendominasi dengan persebaran perpustakaan terbanyak, sedangkan provinsi lain masih membutuhkan perpustakaan, di Papua Barat hanya ada 1.048 perpustakaan. Sangat berbanding terbalik dengan Jawa Timur yang memiliki 32.511 perpustakaan, data ini bersumber dari Staf Ahli Mendagri.

Jika kita bandingkan dengan Negara-negara yang menempati tingkat literasi tertinggi di dunia, salah satunya Finlandia yang memiliki 738 perpustakaan umum dan perpustakaan universitas yang tersebar di seluruh negaranya, angka itu belum termasuk 140 perpustakaan keliling yang berada di kota-kota kecil di seluruh penjuru negerinya. 

Di Belanda, bayi-bayi yang baru lahir otomatis mendapatkan formulir keanggotaan perpustakaan yang berlaku hingga umur 18 tahun. Demikian juga Belanda,  diadakan kegiatan literasi setiap paginya sebelum mengawali jam pelajaran dan sebelum pulang sekolah. 

Tentu saja, Indonesia masih jauh sekali tertinggal jika dibandingkan dengan banyak Negara-negara eropa yang menerapkan budaya membaca sejak dini. Sedangkan di Indonesia, minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 atau 1 dari 1000 orang saja peminat membaca (UNESCO, 2012).

Kalau begitu apa saja sih yang bisa kita lakukan? Langkah pertama adalah perlunya edukasi orang tua untuk mengajarkan pembiasaan membaca sejak dini. Dengan istilah keluarga adalah guru pertama anak bias mulai belajar ilmu-ilmu parenting secara benar. 

Bagi pemerintah sendiri bisa membuat regulasi berupa kegiatan literasi setiap pagi di sekolah-sekolah Indonesia, hal ini bisa mencakup jenjang PAUD dan TK, semakin dini kita biasakan anak membaca, semakin baik untuk kedepannya. Para guru bisa menemani murid-murid yang masih kesulitan membaca dengan kegiatan menarik bagi murid PAUD dan TK, seperti membaca bersama dengan suasana yang riang.

Kedua, pemerintah bisa membangun perpustakaan umum di daerah-daerah terpencil atau daerah yang masih kurang memiliki akses ke perpustakaan. Dana APBN bisa dialokasikan untuk membangun perpustakaan umum tersebut, bahkan jikalau memungkin perpustakaan keliling bisa diterapkan di Indonesia, seperti halnya di Finlandia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun