Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terkurung Kota Mati

19 Maret 2020   23:28 Diperbarui: 20 Maret 2020   13:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Terkungkung | https://pixabay.com/

Wika terus mengetik pesan tentang kondisi negara mereka. Tiba-tiba, muncul sebuah Skype dari Armando. Percakapan langsung dialihkan.

“Ndi, aku mau cakap dengan Arman via Skype. Gabung yuk.”

“Wah iya lah. Yuk.”

Berlangsunglah percapakan via video call tersebut. Terpampang 2 wajah yang ingin bercakap melepas rindu. Mereka membahas kondisi negeri yang katanya aman tersebut.

“Kapan ya ada pemulangan kayak teman-teman kita di negara lain?” Tanya Armando.

“Enak ya Man di sana. Aman negaranya seperti jargon negeri kita ‘Gemah ripah loh jinawi.’ Selalu indah dan tentram termasuk dari pandemi virus.” Ujar Wika.

“Betul, bahkan sampai sekarang belum ada kabar bahwa ada warganya yang kena virus itu.” Balas Armando.

Eh menurut fakta, sebenarnya virusnya tidak begitu parah lho efek mematikannya. Sebab, ada lebih banyak pasien yang sembuh daripada yang meninggal. Yang selamat hampir 80 ribuan sedangkan yang meninggal 8 ribuan. Jadi perbandingannya 10 banding 1 gitu.” Ucap Nendi menganalisis.

Ruangan itu terdengar suara televisi dan percakapan Wika yang membaur jadi satu. Mereka optimis bahwa negerinya aman dari virus itu. Meskipun begitu, mereka belum bisa dipulangkan sampai menunggu keputusan dari kampus dan juga pemerintah.

Kota mereka sudah masuk zona merah yaitu zona paling berbahaya dari pandemi virus Hyza. Upaya yang dilakukan yaitu selalu mencuci tangan setiap beraktivitas dan menjauhi kontak dengan orang lain. Semacam antisosial namun demi keselamatan.

Hingga berita itu diturunkan, belum ada wacana memulangkan warganya yang kotanya di karantina. Alasannya, pemerintah di negara Wika tinggal masih bisa menanggung segala kebutuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun