Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terkurung Kota Mati

19 Maret 2020   23:28 Diperbarui: 20 Maret 2020   13:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Terkungkung | https://pixabay.com/

Kota itu terlihat mati karena tidak ada satupun warganya yang beraktivitas. Jika ada yang kedapatan keluar rumah, mereka bisa dikenakan denda.

Ia baru saja mendapat berita dari pemerintah setempat bahwa kota itu sudah dikosongkan. Pemberitahuan itu dikeluarkan sejak 3 minggu lalu. Kemudian, menyusul pemberitaan yang sama dari pihak kampus.

Wika merupakan mahasiswa pertukaran pelajar yang sedang menempuh studi selama 3 bulan. Sudah 2 bulan terakhir ia tinggal dan kini harus menunggu pemberitahuan pihak kampus. Walaupun kampusnya ditutup, ia masih bisa mengikuti perkuliahan daring dari pihak kampus.

Sehari setelah pemberitahuan, disusul oleh seluruh kota di negara ia tempati hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Hal itu membuat Wika gelisah sehingga mengharuskan ia menelepon pihak penyelenggara beasiswa. Namun, jawaban yang diterima adalah imbauan agar bersabar menunggu pemberitahuan resmi dari kampus dan pemerintah.

Wika merupakan penerima beasiswa pertukaran bersama dua temannya yaitu Nendi dan Armando. Mereka merupakan mahasiswa jurusan Desain Industri dari kampus prestisius di Bandung. Ketiganya akan berkuliah di sebuah universitas prestisius di Jurusan Desain Otomotif.

Wika hanya bisa berdiam diri di sebuah kasur empuk dalam apartemen minimalis. Ia tinggal di lantai 10 bersama ketiga temannya namun beda kamar. Apartemen mereka terletak di sebuah areal kampus.

Kamarnya terdiri dari satu ruang rak sepatu dengan lantai batu alam dan dipisah oleh lantai kayu yang menuju ruang utama. Setelah ruang rak, ada ruang dapur mirip bar serta ruang tamu dengan televisi 18 inci di depannya. Setelah itu, ada sebuah kamar tidur di sampingnya dan kamar mandi yang dekat dengan pintu masuk.

Wika terpaku di sebuah sofa empuk ruang tamu. Ia menonton sebuah berita tentang kondisi negara yang tidak terkena virus Hyza. Seorang narator juga memberitakan tentang negaranya yaitu Indonesia.

Matanya terpaku tajam menatap layar 18 inci itu. Mengingat negeri itu, rasa kangen mulai menelusup hatinya. Ingin secepatnya bisa pulang ke negeri yang melahirkan dan membesarkannya.

Penutupan itu didasarkan atas berita tentang banyaknya orang yang terjangkit yang jumlahnya bisa mencapai ribuan orang. Akibatnya, akses ruang publik dibatasi sehingga setiap orang harus menjaga jarak bahkan tidak boleh ada yang keluar.

Kekuwatiran itu juga berangkat dari bertambahnya jumlah pasien yang positif virus tersebut. Hal itu membuat pemerintah mengambil keputusan dengan menutup akses kota seluruhnya. Akibatnya, aktivitas lumpuh termasuk kampusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun