Namun, semua itu hanya akan menjadi kekosongan. Mereka hanya ditimpa pikiran kosong karena semuanya yang serba salah. Bicara politik mereka melengo namun tidak bicara dikira bego.
Mereka hanya ingin dirinya menjawab satu pertanyaan. Siapa cewek yang kamu suka? Apa mungkin harus balik tanya. Siapa yang mau mengerti karena dianggap perhatian. Selain, hanya dianggap hinaan.
Malam itu, suasana tetap syahdu. Yogyakarta tetap kota yang bersahabat bagi mereka yang ingin menikmati kedamaian. Selain, jajanannya yang murah. Yang terkenal, ada kopi jos. Makannanya, gudeg. Mau makan, paling terkenal di Raminten.
Rika menjadi rikuh dibuatnya. Jaket biru tebal yang dikenakannya harus ditarik hoodie-nya untuk menutupi muka gugupnya. Mulut ingin terucap, namun kelu. Takut serba salah.
Keringat dingin pun seperti hendak bercucuran. Rambutnya mendadak basah karena keringat. Menunggu menu bagaikan berdiam di dalam neraka kegugupan. Rasanya ingin cepat pulang ke kost dan langsung tidur.
Tidak nyaman jika ditanya hal aneh semacam itu. Ia merasa tidak aneh seperti yang disangkakan teman-temannya. Jika tidak ditanya hal begini, mungkin ia sudah menjadi anak yang maju. Dihormati kecerdasannya dan disanjung bagai pahlawan.
Namun, ia hanya sesosok remaja yang kerdil. Jika bercermin, ia seperti menghindar. Tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Apakah ia harus merayakan kegugupannya sendiri. Absurd.
"Ayo Rika, di antara cewek-cewek ini mana yang kamu suka?" Kata teman cowoknya menyemangati si gadis.
Rika menatap dengan kosong. Tak tahan dengan sikap datar temannya, ia langsung angkat suara.
"Kalau dia cantik dan perhatian padaku, aku suka." Ucap Rika sekenanya.
"Hoo, aku bunuh orang ini." Hardik teman cowoknya.