Mohon tunggu...
Muhammad Randy
Muhammad Randy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hary Tanoe: Bangun Indonesia dan Sejahterakan Rakyat Kecil

18 Agustus 2016   11:50 Diperbarui: 18 Agustus 2016   11:58 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : www.perindo.com

Indonesia telah memasuki usia 71 tahun kemerdekaan setelah memproklamirkan diri 17 Agustus 1945 silam. Momen bersejarah ini tentu tidak diraih dengan mudah karena harus diraih dengan keringat, air mata, dan darah. Berawal dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, para pemuda berkeliling Indonesia guna mempersatukan nusantara untuk mengusir penjajah di bawah satu panji, yaitu Indonesia. Semboyan “merdeka atau mati” adalah harga mahal yang harus dibayar untuk sebuah kemerdekaan.

Jiwa nasionalisme masyarakat dari Sabang sampai Merauke tidak bisa ditandingi oleh siapapun, meski dijajah 3,5 abad oleh Belanda dan kurang lebih 16 tahun oleh Jepang, masyarakat kita tetap bersatu. Bandingkan dengan Afrika Utara, setelah memerdekakan diri dari Prancis, mereka terpecah menjadi negara-negara kecil seperti Maroko, Tunisia, Aljazair dan lain-lain. Sedangkan di Amerika Latin, setelah merdeka dari Spanyol, mereka juga terpecah menjadi negara-negara kecil seperti Meksiko, Colombia, Peru dan sebagainya.

Namun, dalam kurun waktu 71 tahun tersebut, atau pasca kemerdekaan, kesatuan dan persatuan Indonesia tidak “seindah” dalam masa perjuangan. Masyarakat seolah masuk dalam pengkotak-kotakan dan hidup dalam faksi yang berbeda satu sama lain. Meski secara de Jure Indonesia masih memegang prinsip Bhineka Tunggal Ika, tapi faktanya banyak sekali gesekan yang terjadi yang ditimbulkan dari perbedaan, terutama dalam berpolitik.

Presiden Soekarno pernah mengatakan “Perjuanganku lebih ringan karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu lebih berat karena akan melawan bangsa sendiri”. Nampaknya Soekarno sudah bisa memprediksi akan terjadi “perang saudara” dimana masing-masing kelompok dan golongan mementingkan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan bersama. Hal ini bisa kita lihat bagaimana partai politik di Indonesia yang selalu berkonflik dan hanya mengejar jabatan, sementara rakyat kecil hanya dijadikan alasan untuk mengejar kekuasaan tanpa memikirkan nasib mereka.

Meskipun demikian, harus kita akui saat ini muncul tokoh-tokoh baru yang muncul dari kegelisahan akan nasib rakyat kecil. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengejar kekuasaan dan hanya mengabdi para “wong cilik”, salah satunya adalah Ketua Umum DPP Perindo Hary Tanoesoedibjo. Ia adalah salah satu politikus yang konsen memerdekakan rakyat kecil dengan cara membangun perekonomian rakyat agar mereka sejahtera.

“Marilah kita mengisi kemerdekaan ini dengan kerja nyata untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan menuju Indonesia yang sejahtera,” kata pria yang akrab disapa HT dalam sambutannya saat memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-71 di DPP Perindo.

Hary Tanoe mengajak seluruh elemen bangsa, termasuk para legislatif dan eksekutif agar memberikan hasil yang nyata kepada rakyat, bukan hanya filosofi dan retorika belaka. Hary Tanoe juga menilai bahwa kesejahteraan yang merata adalah kunci untuk mempersatukan kembali Indonesia. Sebab, jika kemiskinan dan kesenjangan sosial dibiarkan, maka berpotensi menimbulkan konflik sosial.

“Mari bergandengan tangan dan satukan langkah dengan semangat baru membangun Indonesia maju,” pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun