Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, salah satu sektor yang merasakan dampaknya adalah sistem pembayaran.
Dari kartu kredit hingga dompet digital, berbagai opsi kini tersedia bagi konsumen.
Jakarta sebagai (eks) ibu kota negara yang memiliki dinamika ekonomi yang tinggi, maka sistem pembayaran non-tunai seperti e-wallet, QRIS, dan sistem pembayaran berbasis aplikasi lainnya mulai merambah ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk pedagang kaki lima (PKL).
Oleh karena itu, memunculkan pertanyaan besar, apakah sistem pembayaran digital ini benar-benar memudahkan para pedagang kaki lima di Jakarta? Mari kita bahas bersama.
Memudahkan atau membingungkan?
Pedagang kaki lima (PKL) adalah segmen penting dalam perekonomian Jakarta. Mereka menjadi salah satu roda penggerak ekonomi dengan menyediakan berbagai kebutuhan seperti makanan, minuman, dan barang lainnya dengan harga yang terjangkau.
Akan tetapi, sering kali mereka menghadapi tantangan dalam hal transaksi, baik itu dalam mengelola uang tunai atau dalam menjaga keamanan transaksinya. Di sinilah pembayaran digital seakan hadir sebagai solusi.
Pengenalan sistem pembayaran digital seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) memberikan kemudahan bagi pedagang dan konsumen.
Sistem ini memungkinkan pedagang menerima pembayaran melalui berbagai aplikasi dompet digital dengan hanya memindai kode QR.