Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro yang tergabung dalam kelompok beranggotakan 10 orang telah melaksanakan program pengabdian masyarakat di Desa Ponowaren, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, pada tanggal 8 Januari hingga 16 Februari 2025. Salah satu program unggulan yang diusung adalah "Eco-Jelantah: Optimalisasi Daur Ulang Minyak Jelantah sebagai Pupuk Ramah Lingkungan", yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pemanfaatan limbah minyak jelantah yang selama ini kurang dimanfaatkan dengan optimal. Kegiatan sosialisasi utama dilaksanakan pada 2 Februari 2025 di salah satu rumah Bapak RW setempat, dengan partisipasi aktif warga yang antusias untuk mempelajari teknik pengolahan limbah rumah tangga menjadi pupuk organik bernilai guna.Â
Permasalahan yang melatarbelakangi program ini adalah pengelolaan limbah minyak jelantah yang belum terarah di Desa Ponowaren. Berdasarkan hasil observasi mahasiswa KKN, mayoritas warga masih membuang minyak jelantah secara langsung ke saluran air atau tanah, yang berpotensi mencemari lingkungan dan merusak ekosistem. Selain itu, sebagian besar masyarakat juga masih bergantung pada pupuk kimia dalam kegiatan pertanian dan perkebunan mereka. Minimnya pengetahuan mengenai alternatif pupuk organik yang lebih ramah lingkungan menjadi salah satu tantangan yang harus diatasi. Oleh karena itu, program Eco-Jelantah diinisiasi sebagai solusi inovatif untuk membantu masyarakat mengelola limbah rumah tangga sekaligus mendukung pertanian yang lebih berkelanjutan.Â
Program Eco-Jelantah ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada masyarakat mengenai apa itu pupuk Eco-Jelantah, manfaatnya, serta bagaimana cara pembuatannya. Dalam sosialisasi yang dilakukan pada 2 Februari 2025, tim KKN membagi sesi kegiatan menjadi dua bagian utama yaitu pemaparan teori dan praktik secara langsung. Pemaparan teori menjelaskan dampak negatif minyak jelantah bagi lingkungan, manfaat pupuk organik bagi kesuburan tanah, serta kandungan dari masing-masing bahan dalam Eco-Jelantah. Sementara itu, sesi praktik melibatkan warga dalam proses pembuatan pupuk dari minyak jelantah yang dicampur dengan bahan alami lainnya seperti bekatul, air cucian beras, air gula merah, air kelapa tua, molase dan EM4. "Kami ingin memastikan bahwa masyarakat tidak hanya memahami konsepnya, tetapi juga bisa langsung mengaplikasikan pembuatan pupuk ini di rumah masing-masing," ujar Adiva Beryl salah satu mahasiswa KKN pemilik program.Â
Sasaran utama dari program ini adalah seluruh warga Desa Ponowaren, terutama ibu rumah tangga dan petani yang aktif dalam kegiatan berkebun. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat dapat mengadopsi kebiasaan baru dalam mengelola limbah rumah tangga secara lebih bijak. Target jangka pendek dari program ini adalah memberikan edukasi kepada minimal 20 keluarga agar mampu memproduksi pupuk Eco-Jelantah sendiri. Sementara dalam jangka panjang, harapannya, penggunaan pupuk organik berbahan minyak jelantah ini dapat mengurangi ketergantungan warga terhadap pupuk kimia, serta membantu mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan minyak bekas secara sembarangan. "Kalau bisa diterapkan secara luas, program ini akan membawa dampak besar dalam jangka panjang, baik bagi lingkungan maupun perekonomian warga," kata salah satu warga yang turut serta dalam pelatihan.Â
Dampak yang diharapkan dari program ini tidak hanya dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat terhadap limbah minyak jelantah, tetapi juga peningkatan kualitas tanah dan hasil pertanian warga secara bertahap. Dengan adanya alternatif pupuk organik ini, masyarakat memiliki opsi yang lebih murah dan ramah lingkungan untuk menyuburkan tanah. Selain itu, program ini juga dapat membuka peluang ekonomi baru bagi warga yang ingin mengembangkan produk pupuk Eco-Jelantah dalam skala yang lebih besar untuk dijual. "Saya jadi berpikir untuk membuat pupuk ini lebih banyak dan mungkin bisa dijual ke warga desa lain," ungkap salah satu peserta sosialisasi.Â
Namun, dalam pelaksanaannya, tim KKN menghadapi beberapa kendala, terutama dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya daur ulang minyak jelantah. Beberapa warga masih skeptis terhadap efektivitas pupuk berbahan minyak jelantah dan lebih memilih pupuk kimia karena sudah terbiasa menggunakannya. Selain itu, tantangan lain adalah keterbatasan bahan pendukung, seperti bekatul, molase dan EM4 yang tidak selalu tersedia di setiap rumah tangga. Meski demikian, tim KKN tetap optimis bahwa dengan edukasi yang berkelanjutan, masyarakat Desa Ponowaren dapat beradaptasi dan mulai memanfaatkan pupuk Eco-Jelantah dalam kehidupan sehari-hari. "Perubahan memang tidak bisa instan, tapi setidaknya ini langkah awal untuk menjaga lingkungan secara lebih baik dan terawat," tutup Adiva Beryl.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI