Mohon tunggu...
Muhammad Muslih Ridho
Muhammad Muslih Ridho Mohon Tunggu... mahasiswa -

Mahasiswa teknik sipil di salah satu PTN di Malang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Love in Autumn Part 2

5 Agustus 2018   07:23 Diperbarui: 5 Agustus 2018   08:26 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Maaf, coba anda lihat." wanita itu menunjuk sebuah kertas yang menempel dipintu.

Lauren melihat kertas itu yang bertuliskan 'tidak ada lowongan pekerjaan'. Oh.. Astaga! Bagaimana  bisa aku tidak melihatnya? Pikirnya. Lauren keluar dari restoran itu. Ia mencari pekerjaan ditoko lain. Ia melamar pekerjaan  di sebuah toko kue, namun tetap tidak ada lowongan pekerjaan. Matahari sudah hampir tenggelam. Sepuluh toko sudah lauren masuki. Namun tidak ada hasil yang memuaskan.

 Lauren terus melangkah dipinggir jalan McDaugoll. Ia bingung kemana lagi mencari pekerjaan. Ia harus melakukan apa sekarang. Apakah yang harus kau lakukan jika kau belum juga mendapatkan pekerjaan? Sedangkan disisi lain kau sedang butuh uang untuk biaya berobat ibu. Mungkin hal pertama yang harus kau lakukan adalah tetap mencari pekerjaan hingga mendapatkannya. Ya, Lauren harus tetap berjuang!. 

Bagaimana kalau ujungnya tetap sama? 

Gagasan itu tiba-tiba menyelinap dibenak Lauren. Ya Tuhan! Semoga hal itu tidak terjadi. Dan Lauren......

"Minggir." teriakan yang amat keras. Lauren sepertinya mengenal suara itu.

Lauren terbangun dari lamunannya dan menoleh ke arah teriakan itu. Seketika itu mata Lauren terbelalak dan disusul suara teriakan kaget . Tubuhnya membeku, kakinya terasa berat tak dapat digerakkan. Untungnya! Mobil yang akan menabrak Lauren berhenti tepat didepannya. 

"Bodoh," Bentak Richard. "Apa yang kau lakukan, ha? Apa kau tidak memikirkan? Apakah kau tidak sadar apa yang kau lakukan itu mungkin aku yang akan disalahkan? Kalau emang kau ingin mati, terjun aja di laut. Tidak usah merepotkan ku."

Lauren tersentak dan tubuhnya terasa kaku. Wajah Lauren memucat pasi. Ia menatap mata biru Richard yang membara -bara. Jika saja tatapannya bisa membunuh. Mungkin Lauren sudah terkapar tak berdaya. 

"Lauren?" 

Lauren beralih menatap orang yang memanggil namanya. Ia mencoba berpikir seperti Lauren mengenalnya. Ia terkejut. Ternyata dia adalah David. Teman satu kelas saat masa SMA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun