Mohon tunggu...
Muhammad Thoha Maruf
Muhammad Thoha Maruf Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Penulis yang gemar beranjangsana. Kadang juga aktif di sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memikirkan Masa Depan Kopi Sachet-an

2 Juli 2020   15:17 Diperbarui: 2 Juli 2020   15:26 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: gayahidupmu.com

Perubahan zaman berjalan sangat cepat. Tidak hanya teknologi yang berkembang. Tetapi juga yang membuat teknologi sendiri. Semua sendi-sendi kehidupan bertransformasi ke arah yang lebih maju. Tenaga manusia semakin tidak dibutuhkan lagi. Hal itu disebabkan adanya revolusi industri (katanya revolusi industri 4.0).Salah satu yang merasakan dampaknya adalah bakul kopi. Minuman yang digandrungi semua kalangan, juga ikut-ikutan bertransformasi. Sejak zaman nenek moyang hingga zaman kontemporer minuman ini selalu menjadi komoditi panas, terutama di kalangan pecintanya.

Dahulu Setiap orang mempunyai lahan yang ditanami pohon kopi. Sehingga dapat memanen dari hasil kebun sendiri, untuk keperluan konsumsi. Namun karena semakin berkembangnya peradaban, lahan-lahan mulai berubah fungsi menjadi bangunan mewah nan megah. Akibatnya budaya mengonsumsi kopi dari luar atau membeli dari luar tidak dapat terelakan lagi.

Disaat berkurangnya petani kopi, di sisi lain penjual kopi mulai menjamur sampai pelosok desa. Kopi yang dijual di kemas dengan ragam yang berbeda. Seperti halnya rokok, kopi juga ada yang tidak dilabeli brand.

Bagi orang-orang tua label brand tidak menjadi masalah, asalkan bisa diseruput. Namun bagi kawula muda ada gengsi tersendiri saat meminum kopi yang memiliki brand tertentu.

Memasuki tahun 2018, coffee shop menjamur seantero negeri. Dengan beragam konsep dan corak. Hal ini tentu memikat anak-anak muda. Istilahnya biar kekinian. Padahal sekadar nongkrong dan tentu saja menyeruput kopi. Dan tak lupa mencari wi-fi.

Konsep yang ditawarkan sangatlah sangat ramah anak muda. Mulai dari tanaman kaktus hingga monstera ditanam di depannya. Mulai yang minimalis hingga bercorak kuno. Semua didesain agar memikat pembeli. Harga selangit tidak menciutkan nyali para pembeli. Untuk mengabadikan momen pembeli biasanya mengambil foto di coffee shop agar terlihat keren.

Ada gengsi tersendiri saat "ngopi" di coffee shop yang biasanya akan dianggap wah atau pernah ngopi di tempat yang menu-menunya mahal.

Kehadiran coffee shop tentu semakin menambah estetika sudut-sudut kota. Tidak hanya taman-taman yang dibangun pemerintah, tetapi coffee shop juga tempat yang indah untuk dinikmati.

Orang-orang yang terbiasa membeli kopi di warung mbok Darmi, tentu akan heran jika mengunjungi coffee shop. Sudah barang tentu, selain harga yang mencekik juga kopi yang disajikan. Coffee shop memberikan pelayanan yang jauh lebih menarik daripada warung mbok Darmi. Di coffe shop pembuat kopi (barista) telah bersertifikasi, dibandingkan di warung mbok Darmi yang ala kadarnya.

Tidak hanya warung mbok Darmi yang terancam keberadaannya. Tapi juga warung-warung yang serupa.

Kopi yang dijual saat ini, mulai banyak yang tidak menggunakan sachet. Penjual lebih memilih kopi yang baru digoreng lalu dihaluskan dengan mesin untuk dijual. Banyak sekali inovasi yang diberikan. Sehingga cita rasa dari kopi juga semakin beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun