Mohon tunggu...
Muhammad Luthfan Taris
Muhammad Luthfan Taris Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hanya seorang mahasiswa biasa yang tertarik untuk mendalami dinamika perpolitikan Indonesia dan luar negeri

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menerka Kampanye Terselubung Anies Baswedan menuju Pemilu 2024

23 Desember 2021   07:42 Diperbarui: 23 Desember 2021   07:52 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Sumber : Tangkapan layar Youtube Anies Baswedan)

Pemilihan Umum masih menunggu setidaknya 2,5 tahun untuk memilih anggota legislatif, kepala daerah, dan termasuk juga Presiden sebagai jabatan eksekutif tertinggi. Meskipun begitu, aroma persaingan sudah mulai tampak ditunjukkan oleh para pejabat maupun politisi yang hendak menggapai kursi Istana Negara. Dengan Presidential Threshold yang kemungkinan akan tetap berada di angka 20% (apabila tidak ada perubahan), maka para calon kandidat tersebut sudah pasti akan mulai merapat kepada partai politik untuk mengamankan tiket di hajatan terbesar Indonesia. Tetapi ada pula calon kandidat yang tak buru-buru untuk membidik kursi Presiden, salah satunya adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Posisi Gubernur DKI Jakarta kerap dipandang publik sebagai batu loncatan menuju Istana, karena hal tersebut dibuktikan oleh Joko Widodo yang telah menjabat selama dua tahun (2012-2014) sebelum akhirnya menjadi Presiden Republik Indonesia selama 2 (dua) periode (2014-2019, 2019-2024). Segala kompleksitas Jakarta merefleksikan tantangan Indonesia, sehingga seseorang dengan rekam jejak Gubernur DKI Jakarta maka dapat melenggang mulus dalam kontestasi Pemilihan Presiden. Namun, langkah Anies bisa jadi akan menemui hambatan. Apa saja hal yang mungkin menghalangi mantan Mendikbud itu untuk menguasai Istana?

Independensi Yang Hadang Anies

Ketika Anies bersama Sandiaga Uno diusung oleh Partai Gerindra dan PKS di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017, statusnya adalah independen. Bahkan hingga saat ini, Anies tidak pernah terafiliasi dengan partai politik manapun, meski ia pernah menjadi salah satu inisiator Nasional Demokrat (NasDem) yang kini menjadi parpol. Tetapi, Anies akan sulit mempertahankan independensinya apabila berniat untuk maju ke Pilpres 2024 sebab partai politik tidak akan menerima figurnya yang cenderung pro-rakyat, apalagi dengan kebijakannya selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun, bukan berarti kans Anies meraih jabatan Presiden benar-benar tertutup rapat.

Selama menjabat, akun sosial medianya mencapai jutaan pengikut dan banyak warganet memberi respon positif atas kebijakan serta pembangunan yang berkelanjutan di Jakarta. Apa yang dilakukannya merupakan salah satu dari upaya branding, seperti yang dikemukakan oleh Haroen (2012:1) bahwa branding merupakan "kegiatan untuk membangun persepsi positif serta kepercayaan dari orang lain". Kerap disebut masyarakat sebagai orang yang lihai berkata-kata, Anies tentu memahami bagaimana diksi komunikasinya dapat mempengaruhi penilaian publik, mengingat ia tak selalu menjalani karirnya sebagai gubernur dengan mulus. Dibandingkan dengan politisi seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang cenderung berkomunikasi ala milenial, Anies tetap dengan "old school" nya yang penuh kata-kata bermakna tetapi pesannya dapat diresapi oleh setiap kalangan. Tentu berkat branding yang dilakukannya, kesempatannya melaju di Pilpres 2024 masih terbuka karena dukungan dari rakyat.

Dari Pendopo : Wujud Anies Branding Diri Jelang Pilpres 2024?

Baru-baru ini, Gubernur Anies mulai aktif kembali berselancar di akun YouTubenya, dimana ia membuat program bertajuk "Dari Pendopo". Program yang latar tempatnya berada di pendopo kediaman pribadinya, hingga saat ini (23/12/2021) telah mengunggah dua video dan kebanyakan membahas secara detil terkait program-program kebijakannya di Jakarta. Pengamat tentu menganggap bahwa apa yang dilakukan Anies secara tak langsung melakukan branding untuk meningkatkan pamornya di masyarakat Indonesia, mengingat masa jabatannya akan habis pada Oktober 2022. Kevakuman dari jabatan publik selama 2 tahun tentu akan membuatnya putar otak untuk tetap eksis. Menurut McNally & Speak (2004) dalam Haroen (2014 : 13-14), hal mendasar dalam personal branding ada 3 (tiga), yakni kekhasan, relevansi, dan konsistensi. Anies memenuhi ketiga hal tersebut, dimana setiap kata-kata serta aksi yang dilakukan sangat konsisten dan relevan dengan perkembangan zaman.

Apabila mengulas video Dari Pendopo, program-program yang ia jabarkan seakan membawa visi besar untuk Indonesia. Dialektika konsep program kerjanya menjawab pertanyaan tentang apa yang akan dilakukannya apabila benar-benar berniat menduduki kursi RI 1. Layout visinya tentu akan menarik atensi publik, dan berujung pada harapan untuk partai politik agar menggaet Anies sebagai kompetitor utama, di samping nama-nama beken seperti Prabowo Subianto, Puan Maharani, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dll.

Perjalanan Masih Jauh

Kontestasi masih jauh, tapi banyak politisi sudah memasang kuda-kuda demi meraih kursi Indonesia 1. Apabila benar-benar serius bertarung di ring Pilpres 2024, Anies harus mampu melewati tantangan berat di depannya. Selama hampir 5 tahun, ia banyak terhambat oleh aspek politis yang nyaris mencemari reputasinya. Tetapi selama kurun waktu itu pula, banyak program serta landmark yang kini akan menjadi warisan Anies bagi Jakarta dan juga sebagai "senjata" untuk menghadapi musuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun