Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tembakau Mranggen, Masa Depan Ekonomi Demak di Era Bioindustri Berkeadilan

10 Juni 2025   17:37 Diperbarui: 10 Juni 2025   17:37 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sedang merawat kebun tembakau (Sumber: mediaindonesia.com)

Pemerintah Kabupaten Demak tengah mengambil langkah strategis dan berani dalam menatap masa depan sektor pertanian tembakau. Di tengah pergeseran tren agribisnis nasional, Pemkab melalui Dinas Pertanian dan Pangan dengan lugas menetapkan tembakau sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Langkah ini bukan sekadar simbolis, melainkan bagian dari pembentukan ekosistem pertembakauan yang modern, adaptif, dan berkeadilan.

Wilayah Mranggen dan Karangawen menjadi lokomotif utama dari kebangkitan ini. Sejak dulu, kedua wilayah ini dikenal sebagai sentra tembakau aromatik khas. Karakter tembakau Mranggen yang beraroma tajam namun seimbang menjadi kekuatan tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain. Bahkan, potensi ini patut diperjuangkan dalam bentuk perlindungan hukum melalui mekanisme Indikasi Geografis (IG), demi menjaga orisinalitas dan nilai tambahnya.

Tembakau Mranggen bukan hanya memiliki nilai kultural dan botani, namun juga nilai ekonomi yang substansial. Tahun 2024 mencatat peningkatan signifikan dalam luasan lahan tanam, dari 2.567 hektare menjadi 2.965 hektare. Produksi pun melonjak dari 3.725 ton menjadi lebih dari 4.022 ton. Kenaikan ini bukan semata hasil dari cuaca baik, tetapi juga dari respons kolektif petani yang melihat peluang lebih cerah di sektor ini.

Lebih jauh, kontribusi tembakau terhadap pendapatan negara melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), merupakan fakta tak terbantahkan. Dana ini bukan hanya mengalir ke kas negara, tetapi kembali ke daerah dalam bentuk program kesehatan, pelatihan tenaga kerja, dan penguatan sektor pertanian. Inilah bentuk keberlanjutan fiskal yang harus dikelola dengan akuntabilitas tinggi.

Namun demikian, membangun masa depan tembakau tidak cukup hanya dengan mengejar angka produksi dan pendapatan. Kita memerlukan ekosistem pertembakauan yang tidak eksploitatif, melainkan berkelanjutan, berbasis riset, dan menjunjung tinggi keadilan agraria. Petani tembakau harus diberi akses pada teknologi pasca-panen, diversifikasi produk, hingga kepastian pasar yang adil.

Ragam varietas tembakau Indonesia, termasuk tembakau Mranggen, harus dipetakan dan dikembangkan secara ilmiah. Tak hanya untuk keperluan konsumsi industri rokok, tetapi juga untuk pengembangan turunan biofarmaka, kosmetik organik, dan bahkan biopestisida. Tembakau tidak harus selamanya identik dengan produk yang merugikan kesehatan, karena potensi bioteknologinya sangat besar.

Penguatan kelembagaan tani juga menjadi elemen krusial. Pemkab Demak bisa menggandeng perguruan tinggi, lembaga riset, dan koperasi tani modern untuk mendampingi petani dari hulu ke hilir. Kita harus meninggalkan pola lama yang menempatkan petani sebagai subjek pasif dalam rantai produksi, menuju model petani sebagai pelaku bisnis agrikultur yang otonom dan terdidik.

Dari sisi perlindungan hukum, arah menuju penetapan tembakau Mranggen sebagai produk ber-IG sangat layak diprioritaskan. Dengan status IG, bukan hanya nilai jual meningkat, tetapi juga perlindungan terhadap praktik pemalsuan dan pencatutan nama wilayah bisa ditegakkan. Ini penting dalam konteks perdagangan internasional, apalagi mengingat pasar ekspor Asia Tenggara dan Eropa terbuka lebar bagi tembakau premium lokal.

Ekosistem yang berkeadilan juga berarti adanya keberpihakan pada petani kecil dan pekerja tembakau. Mereka harus menjadi subjek utama dalam pengambilan keputusan kebijakan pertanian. Program pelatihan, sertifikasi budidaya organik, serta penyediaan pupuk dan bibit unggul perlu dikelola berbasis kebutuhan nyata lapangan, bukan berdasarkan asumsi teknokratik belaka.

Modernisasi pertanian tembakau juga menuntut inovasi dalam aspek pemasaran. Pemerintah daerah bersama swasta bisa membangun branding "Tembakau Mranggen" sebagai produk khas Demak melalui pameran internasional, e-commerce, dan dukungan logistik digital. Di era Revolusi Industri 4.0, komoditas lokal harus menembus batas global dengan identitas kuat dan strategi pemasaran cerdas.

Kita pun tidak boleh abai pada aspek lingkungan. Budidaya tembakau perlu diselaraskan dengan konservasi tanah dan air, rotasi tanam yang sehat, serta penggunaan pupuk hayati. Pertanian modern adalah pertanian yang menjaga bumi tetap layak huni. Pendekatan agroekologi menjadi solusi jangka panjang untuk menghindari degradasi sumber daya alam akibat tekanan monokultur berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun