Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gaji Terkuras di Jalan? Seni Nebeng, Sewa, dan Survival Transport Gen Z

5 Juni 2025   16:39 Diperbarui: 5 Juni 2025   16:39 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budaya nebeng yang semakin tumbuh di kalangan generasi Z (Sumber: tribunnews.com)

Transportasi adalah kebutuhan sehari-hari yang seringkali menjadi penyedot terbesar dalam pos pengeluaran. Apakah kamu seorang mahasiswa yang harus bolak-balik kampus, atau karyawan muda yang tiap pagi berjibaku dengan kemacetan, ongkos jalan bisa terasa seperti lubang tanpa dasar. Saya ingin berbagi strategi inspiratif yang terbukti mampu menekan biaya transportasi tanpa mengorbankan kenyamanan dan produktivitas.

Paragraf pertama yang harus kamu sadari, uang transport bukan sekadar pengeluaran, tapi peluang untuk strategi finansial cerdas. Kalau kamu mampu menghemat Rp 20.000 per hari dari transport, itu artinya kamu punya Rp 600.000 per bulan yang bisa kamu alokasikan ke tabungan, investasi, atau kebutuhan lain yang lebih produktif. Generasi Z paham bahwa setiap rupiah punya peran strategis.

Saya pernah dalam satu bulan habiskan hampir separuh gaji freelance hanya untuk ojek online. Lelah hati dan dompet. Saat itulah saya mulai berpikir "Harus ada jalan lain." Maka saya memulai eksperimen pertama, yaitu nebeng. Setiap hari saya bertanya ke teman kampus yang searah dan membuat sistem sederhana berupa patungan bensin dan roti pagi. Hasilnya? Ongkos transport saya turun 70%, dan saya malah dapat relasi baru setiap hari.

Konsep nebengers cerdas ini kemudian berkembang. Bersama tiga teman sekantor, kami menyewa mobil bulanan, sistem antar-jemput. Biaya per orang jadi hanya seperlima dari total ongkos transportasi konvensional. Dengan sistem rotasi supir di antara kami, semua ikut andil, tidak ada yang merasa dirugikan. Ini jadi model mikro bentuk sharing economy yang sangat cocok untuk gaya hidup hemat Gen Z.

Namun, tidak semua orang bisa nebeng atau sewa mobil. Di sinilah kreativitas Gen Z diuji. Beberapa teman saya mengandalkan kombinasi transportasi, yaitu jalan kaki ke halte bus, lanjut bus kota, lalu naik sepeda lipat dari drop-off point ke kantor. Selain hemat, mereka sekaligus olahraga dan bisa membuat konten harian bike to work di TikTok yang jadi viral. Hemat cuan, nambah cuan.

Jangan biarkan ongkos jalan mengendalikan hidupmu. Gen Z bukan cuma penumpang, tapi pengendali cuan. Dari nebeng, patungan, sampai bikin solusi kreatif. Setiap langkah hemat adalah investasi masa depan.

Berhemat bukan berarti pelit, tapi cerdas memilih. Salah satu caranya adalah menjadi pengguna langganan. Banyak layanan transportasi daring kini menawarkan paket berlangganan mingguan atau bulanan dengan diskon signifikan. Saya sendiri pernah hemat hingga 40% hanya dengan memanfaatkan paket langganan dan voucher cashback. Modalnya? Riset dan ketekunan mencari promo.

Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang melek digital. Banyak yang menggunakan aplikasi perbandingan harga transportasi sebelum bepergian. Misalnya, membandingkan harga ojek daring satu dengan lainnya, atau cek waktu diskon pada jam-jam sepi. Beberapa teman saya bahkan sengaja menyesuaikan jam kerja dengan jam hemat transport. Jam fleksibel, cuan maksimal.

Tips berikutnya, manfaatkan teknologi komunitas. Ada grup WhatsApp atau Telegram khusus "Nebeng Harian Jakarta," "Antar Jemput Surabaya," bahkan "Bike & Share Bandung." Di sinilah semangat kolaborasi Gen Z hidup. Selain lebih murah, suasana lebih akrab, aman, dan bisa jadi wadah networking informal.

Satu cerita menarik, teman saya membuat startup kecil-kecilan berbasis Google Form dan Google Maps, menghubungkan mahasiswa satu jurusan untuk berbagi motor atau mobil tiap pagi. Biayanya? Cuma patungan bensin dan parkir. Dalam satu semester, dia bukan hanya hemat transport, tapi juga menghasilkan uang dari fitur premium layanan yang ia rancang sendiri. Inilah inovasi berbasis kebutuhan nyata.

Ingat juga untuk memperhitungkan total cost of transport, bukan hanya ongkos harian. Perhatikan biaya tersembunyi seperti parkir, tol, bahkan cemilan impulsif saat menunggu ojek. Dengan mencatat semua pengeluaran selama dua minggu, saya bisa menemukan titik bocor dan memperbaikinya dengan solusi sederhana, sebagaimana bawa bekal kopi dan snack sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun