Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngabuburit Sebagai Ekspresi Kearifan Lokal Merajut Keberkahan Ramadan

8 Maret 2025   01:16 Diperbarui: 7 Maret 2025   14:12 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ngabuburit dengan berbuka besama dalam persahabatan (Sumber: Dok. Khamdan)

Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan keberlimpahan pahala. Di berbagai daerah Nusantara, tradisi ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa, telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam menyemarakkan suasana Ramadan. Namun, daripada hanya menghabiskan waktu dengan kegiatan yang kurang bermakna, mengisi ngabuburit dengan aktivitas berfaedah dapat menjadikan Ramadan lebih bermakna. Kearifan lokal masyarakat Indonesia dalam meramaikan Ramadan dengan kegiatan positif bukan hanya berdampak bagi diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.

Salah satu cara terbaik untuk mengisi waktu sebelum berbuka adalah dengan membaca Al-Qur’an. Ramadan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an, sehingga menambah intensitas tilawah menjadi amalan utama yang sangat dianjurkan. Di banyak masjid dan mushola, kegiatan tadarus dilakukan bersama, menciptakan suasana yang syahdu sekaligus mempererat ukhuwah Islamiyah. Aktivitas ini bukan hanya meningkatkan pemahaman terhadap ayat-ayat suci, tetapi juga membawa ketenangan jiwa di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Selain membaca Al-Qur’an, membaca buku juga menjadi alternatif ngabuburit yang bermanfaat. Membaca buku keislaman, biografi tokoh Muslim inspiratif, atau buku motivasi dapat memperkaya wawasan dan meningkatkan spiritualitas. Bahkan, di beberapa komunitas literasi, kegiatan ngabuburit sering diisi dengan diskusi buku bertema Ramadan, yang dapat memperdalam pemahaman agama dan menginspirasi perubahan positif dalam kehidupan.

Ngabuburit bukan sekadar menunggu waktu berbuka, tapi kesempatan untuk menanam kebaikan, memperkaya ilmu, dan merajut keberkahan di bulan suci.

Bagi masyarakat yang aktif dalam kegiatan sosial, mengikuti pengajian menjelang berbuka di kompleks perumahan atau masjid menjadi pilihan yang sangat baik. Pengajian ini sering diisi dengan ceramah singkat yang menggugah kesadaran akan pentingnya ibadah, akhlak, dan kepedulian sosial selama Ramadan. Dengan menghadiri majelis ilmu ini, seseorang tidak hanya mendapatkan wawasan keagamaan, tetapi juga membangun kebersamaan dengan warga sekitar. Hal demikian termasuk juga buka bersama reunian keluarga maupun persahabatan untuk mengokohkan ikatan silaturrahim sesama.

Tradisi berbagi takjil juga menjadi salah satu bentuk ngabuburit yang penuh manfaat. Di banyak daerah, anak-anak muda hingga komunitas ibu-ibu pengajian berlomba-lomba menyiapkan makanan dan minuman berbuka untuk dibagikan kepada pengguna jalan, pekerja lepas, hingga kaum dhuafa. Kegiatan ini mengajarkan nilai keikhlasan dan kepedulian sosial, memperkuat rasa kebersamaan, serta menanamkan nilai bahwa berbagi tidak akan mengurangi rezeki, justru semakin melipatgandakannya.

Dalam masyarakat Nusantara, berbagai tradisi lokal turut menyemarakkan ngabuburit berfaedah. Di Jawa misalnya, ada tradisi megengan yang diisi dengan doa bersama dan pembagian nasi berkat sebelum Ramadan. Di Minangkabau, ngabuburit sering diisi dengan badoncek, yaitu berbagi sumbangan untuk menyediakan hidangan berbuka bagi mereka yang membutuhkan. Sementara di Makassar, komunitas pemuda sering mengadakan lomba tilawah atau kajian keislaman yang terbuka untuk umum.

Selain mendatangkan manfaat spiritual, ngabuburit yang berfaedah juga memberikan manfaat bagi keluarga. Mengajak anak-anak membaca Al-Qur’an atau mendongengkan kisah-kisah nabi sebelum berbuka dapat menjadi momen kebersamaan yang berharga. Nilai-nilai keteladanan yang terkandung dalam kisah tersebut dapat membentuk karakter anak agar tumbuh dengan akhlak yang baik dan kecintaan terhadap agamanya.

Bagi remaja, ngabuburit dengan mengikuti kajian atau berbagi takjil dapat menjadi sarana untuk mengembangkan jiwa sosial. Mereka belajar bahwa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momen untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin. Dengan keterlibatan dalam kegiatan sosial ini, remaja akan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan memahami makna berbagi. Di tingkat masyarakat, ngabuburit yang diisi dengan aktivitas keagamaan dan sosial menciptakan atmosfer Ramadan yang lebih hidup dan bermakna. Masjid dan mushola yang dipenuhi dengan kegiatan positif akan semakin mempererat hubungan antarwarga. Ini sekaligus menjadi momen bagi masyarakat untuk lebih saling mengenal dan memperkuat solidaritas.

Tidak hanya itu, ngabuburit berfaedah juga berkontribusi pada ketahanan sosial dan ekonomi. Misalnya, tradisi berbagi takjil sering melibatkan warung atau pedagang kecil dalam penyediaan makanan berbuka, sehingga membantu perekonomian mereka. Selain itu, bazar Ramadan yang menjual berbagai kebutuhan berbuka juga menjadi ajang untuk menggerakkan ekonomi lokal. Di era digital, ngabuburit berfaedah juga dapat dilakukan secara daring. Banyak platform menyediakan kajian online, tadarus virtual, atau diskusi keislaman yang bisa diikuti dari rumah. Ini menjadi solusi bagi mereka yang ingin tetap mendapatkan ilmu meski memiliki keterbatasan waktu atau jarak.

Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar, tapi juga mengisi waktu dengan ibadah, berbagi dengan sesama, dan menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun