Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

War Takjil Mahasiswa UNDIP, Euforia Ramadan di Pleburan Semarang

6 Maret 2025   05:30 Diperbarui: 6 Maret 2025   05:30 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana sebagian sudut di kawasan Hayam Wuruk, Pleburan Semarang (Sumber: tribunsemarang)

Ramadan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga perayaan keberagaman budaya kuliner yang menciptakan euforia tersendiri di berbagai sudut kota. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah War Takjil mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) di kawasan Pleburan, Semarang Selatan. Sejak sore, jalanan yang biasanya lengang berubah menjadi lautan manusia yang berburu hidangan berbuka, dari menu tradisional hingga modern, semua tersaji dalam atmosfer penuh kebersamaan.

War Takjil ini bukan sekadar tempat jualan makanan, tetapi menjadi panggung bagi kreativitas masyarakat dalam meracik dan menyajikan kuliner khas Nusantara. Kita bisa menemukan jagung serut manis, kentang goreng renyah, es buah segar, serta beragam kue manis dan gorengan yang menggoda selera. Tak ketinggalan, ada gilo-gilo, jajanan khas Semarang yang semakin memperkaya pengalaman berburu takjil di sini. Area Food Court aau Pujasera di Hayam Wuruk misalnya, semakin menggoda selera jelang berbuka dengan adanya duren dawet, kue pancong, pempek, dan makanan lintas budaya Nusantara.

Suasana semakin semarak ketika para mahasiswi UNDIP dan kampus-kampus lain di Semarang, dengan senyum ramah dan penuh semangat, ikut berjualan. Tak hanya menjajakan makanan, mereka juga menyebarkan energi Ramadan yang penuh kebersamaan. Pemandangan ini menjadi bukti bahwa Ramadan bukan sekadar ibadah personal, tetapi juga momen untuk berbagi, berdagang, dan membangun jejaring sosial lintas kelas serta budaya.

Menariknya, War Takjil di Pleburan ini tidak hanya menjadi favorit bagi mahasiswa, tetapi juga warga sekitar, pekerja kantoran, dan keluarga yang ingin menikmati suasana ngabuburit. Ramadan seolah menjadi ajang penyatuan berbagai lapisan masyarakat, tanpa sekat status sosial. Mereka yang biasa hanya sibuk dengan aktivitas akademik kini berbaur dalam peran baru sebagai pedagang dan pelanggan yang saling menghidupkan pasar takjil dadakan ini.

Tidak bisa dipungkiri, War Takjil di Pleburan adalah miniatur kehidupan kota yang dinamis, di mana mahasiswa belajar bukan hanya dari buku dan ruang kelas, tetapi juga dari interaksi sosial yang nyata. Mereka mengasah keterampilan wirausaha, belajar memahami preferensi pasar, hingga merasakan langsung perjuangan para pedagang kecil dalam mencari rezeki. Ramadan menjadi momentum refleksi bagi banyak orang, termasuk mahasiswa yang mungkin baru pertama kali merasakan bagaimana rasanya berada di balik meja jualan.

Lebih dari itu, suasana Ramadan di sini juga menggambarkan toleransi yang indah. Banyak pengunjung yang datang bukan hanya dari kalangan Muslim, tetapi juga kalangan non-Muslim yang ikut merasakan vibes Ramadan dengan penuh antusias. Mereka berburu takjil, bercengkerama, dan bahkan ikut membantu teman-temannya berjualan. Momen ini menjadi bukti bahwa Ramadan bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sarana mempererat harmoni antarumat beragama.

Di tengah kesibukan akademik dan tekanan kuliah, Ramadan di Pleburan membawa nuansa berbeda bagi mahasiswa UNDIP. Mereka belajar arti kerja keras, berbagi rezeki, dan menikmati kebersamaan dalam suasana yang penuh makna. Ada kebanggaan tersendiri ketika hasil jerih payah mereka laris manis, melihat pelanggan puas, dan merasakan bagaimana sebuah usaha kecil bisa membawa kebahagiaan bagi banyak orang.

Euforia ngabuburit ini semakin terasa ketika matahari mulai tenggelam dan langit berubah jingga. Para pembeli semakin ramai, berburu takjil dengan semangat sebelum azan Maghrib berkumandang. Aroma gorengan, wangi kue, dan segarnya es buah membaur dengan suara tawa dan obrolan ringan para mahasiswa yang menikmati momen ini sebagai bagian dari pengalaman hidup yang tak terlupakan.

Keberadaan War Takjil di Pleburan juga menjadi bukti bahwa mahasiswa bukan hanya agen perubahan di ranah akademik, tetapi juga dalam membangun ekonomi kreatif. Dari sini, banyak mahasiswa yang mulai berpikir untuk serius mengembangkan usaha kuliner, tidak hanya sebagai hobi tetapi juga sebagai potensi bisnis jangka panjang. Ramadan pun menjadi ajang eksperimen bisnis yang inspiratif bagi generasi muda.

Lebih dari sekadar pasar dadakan, War Takjil ini adalah perayaan kebersamaan yang mengajarkan banyak hal. Mengajarkan tentang makna berbagi, belajar, bertahan, dan menikmati kebahagiaan dalam kesederhanaan. Tidak heran jika setiap tahun, euforia ini selalu dinantikan dan menjadi bagian dari kisah Ramadan yang penuh warna di Semarang.

Saat azan Maghrib berkumandang, semua aktivitas terhenti sejenak. Para penjual dan pembeli duduk bersama, menikmati takjil yang tadi mereka buru dengan penuh antusias. Ada sesuatu yang magis dalam momen ini, kesederhanaan yang membawa kebahagiaan, kebersamaan yang menciptakan kehangatan, dan Ramadan yang selalu menjadi pengingat bahwa dalam berbagi, ada keberkahan yang tidak ternilai harganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun