Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Human Resources - Researcher / Paradigma Institute

Membaca dunia adalah membuka cakrawala pengetahuan, dan melalui hobi menulis, kita menorehkan jejak pemikiran agar dunia pun membaca kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stamplat, Saksi Bisu Kemunduran Transportasi Publik di Indonesia

19 Januari 2025   17:45 Diperbarui: 20 Januari 2025   10:04 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal mangkang Semarang | KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA

Stamplat, atau yang masyarakat sekarang lebih mengenal dengan istilah terminal transportasi publik, telah menjadi bagian penting dari infrastruktur perkotaan di Indonesia sejak masa kolonial Belanda. Stamplat, berasal dari istilah Belanda stamplein yang artinya  tempat berhenti. Secara harfiah, stamplat juga dikaitkan dengan istilah Belanda "staanplaat" yang diartikan sebagai lapangan atau tanah lapang yang luas.

Stamplat dapat dipahami sebagai tempat pemberhentian dari sejumlah arah yang berada di tanah lapang yang luas. Dulunya, stamplat adalah pusat aktivitas transportasi, ekonomi, dan sosial di banyak kota. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, banyak stamplat mengalami degradasi fungsi hingga menjadi ruang terbengkalai, jauh dari kejayaan masa lalunya.

Pada masa kolonial Belanda, stamplat dibangun untuk mendukung mobilitas yang efisien di kota-kota besar seperti Batavia (Jakarta), Surabaya, dan Semarang. Terminal ini dirancang dengan arsitektur fungsional yang mengutamakan efisiensi ruang dan sirkulasi kendaraan, sekaligus menjadi pusat interaksi masyarakat. Posisi strategis stamplat, biasanya di dekat pasar atau kawasan perdagangan, menjadikannya vital bagi aktivitas ekonomi masyarakat setempat.

Kampung Stamplat Girang di Ciwidey, Kabupaten Bandung, yang dianggap warisan Belanda untuk transportasi hasil perkebunan (Sumber: IDN Times/Debbie Sutrisno)
Kampung Stamplat Girang di Ciwidey, Kabupaten Bandung, yang dianggap warisan Belanda untuk transportasi hasil perkebunan (Sumber: IDN Times/Debbie Sutrisno)

Pada era pasca-kemerdekaan, pemerintah Indonesia melanjutkan fungsi stamplat sebagai simpul utama transportasi darat. Terminal seperti Giwangan di Yogyakarta dan Bungurasih di Surabaya menjadi model terminal yang terintegrasi dengan berbagai moda transportasi. Stamplat tidak hanya melayani angkutan kota dan bus antarkota, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal melalui kegiatan komersial seperti kios makanan, toko suvenir, dan pedagang kaki lima.

Dinamika Kemunduran Stamplat

Kemunduran fungsi stamplat dimulai pada akhir abad ke-20, seiring dengan perubahan preferensi masyarakat terhadap transportasi pribadi. Salah satu faktor utama yang menyebabkan stamplat kehilangan relevansi adalah urbanisasi dan perubahan pola mobilitas. 

Meningkatnya populasi perkotaan diiringi dengan ledakan penggunaan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor dan mobil, yang menggeser ketergantungan masyarakat pada transportasi publik. Jalan-jalan utama menjadi penuh sesak, sementara stamplat kehilangan penumpang.

Persaingan dengan transportasi online setidaknya memicu mobilitas masyarakat tidak lagi menggantungkan stamplat atau terminal. Kehadiran ojek dan taksi online menawarkan kemudahan akses yang mengurangi daya tarik terminal sebagai pusat transportasi. Banyak pengguna lebih memilih layanan berbasis aplikasi yang menawarkan kenyamanan door-to-door.

Manajemen dan infrastruktur stamplat juga cenderung terbengkalai. Minimnya perawatan dan modernisasi membuat banyak stamplat tidak lagi memenuhi standar kenyamanan dan keamanan. Fasilitas seperti toilet, ruang tunggu, dan kios sering kali dibiarkan rusak tanpa perbaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun