Mohon tunggu...
Muhammad hatta Abdan
Muhammad hatta Abdan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Hatta Abdan

FB : Muhammad Hatta IG : mhattaabdan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Khairun Ternate, Maluku Utara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Kita

13 Juli 2022   21:20 Diperbarui: 13 Juli 2022   21:57 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Muhammad Hatta


Sebuah desa tanpa gedung megah. Terpencil, terkecil, dan bahkan terkucilkan oleh negara. Jauh dari kebisingan dan kesibukan kota-kota besar. rumah-rumahnya yang masi mengunakan dinding papan serta masyarakatnya yang rutin menjalankan aktifitas sebagai petani dan nelayan. 

Hidup dan tumbuh dengan hutan, laut, dan juga sungai. Air terjun yang mengalir deras dari ketinggian adalah penyembuh dahaga. 

Pohon-pohon yang perkasa yang berjejer rapi diantara dua gunung adalah peneduh dari sengatan matahari yang membakar. Sementara di laut luas yang banyak pulau, ada cinta yang mereka tabur dengan layar perahu dan juga alat-alat mancing. 

Tidak ada hiburan paling meriah, selain bermain bersama di balik semak-semak dengan lari-lari mengejar harapan untuk sebuah kemenangan. Tawa, baku pukul, dan minum air kelapa muda bersama akan selalu terjadi ketika permainan telah selesai. 

Anak-anak desa memang produktif dalam menciptakan sebua hal yang menjadi permainan, hal ini bukan sekedar untuk menghibur diri, tapi juga ajang pamer-pameran skill diantara sesama. 

Diantara dahan-dahan pohon yang menjalar, kita akan temui mereka dengan kelincahan-kelincahan yang mereka lakukan dalam melompat. Bukan saja diatas tanah yang menjadi tempat untuk mereka bermain, tapi juga pohon dan dataran tinggi yang berbahaya. 

Mereka terus bermain dan bermain, segalah yang terlihat berbahaya oleh orang tua, bagi mereka itu adalah tantangan yang harus dilawan. Karena yang terpenting dari mereka adalah tertawa dan bermain bersama. 

Ombak-ombak besar yang menjungkirbalikkan setiap orang yang mandi adalah tempat mereka untuk bermain. Mereka merebahkan badan diatas papan yang mereka potong setengah lalu meluncurkan tubuh hingga ke tepian jauh diatas pasir-pasir. 

Meski panas matahari akan membakar kulit. Permainan yang berbau modern tak satu pun mereka miliki. Hanya dengan hal-hal itu lah yang mereka miliki dan nikmati.

 Ini tentang saya dan mereka dimasa lalu. Tentang sebua kehidupan dimasa kecil yang penuh dengan segala macam permainan. 

Tentang bocah-bocah ingusan yang selalu baku pukul jika ada hal yang tak masuk akal terjadi. Bermain kelereng, ketapel, bola, dan masih banyak lagi. Kini globalisasi melaju pesat dan semua itu pun putus serta hilang entah kemana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun