Mohon tunggu...
Muh. Hanafi
Muh. Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Abdi Negara

Pengawas Madrasah Tingkat MA, Fasda Numerasi dan AlQur'an Hadist, Fasilitator IKM, Instruktur Visitasi Pelatihan Tindak Lanjut Hasil AKMI 2023, Penggerak Moderasi Beragama, Karya yang telah dipublikasikan : 1 buah Buku Referensi "Keajaiban Think Pair And Share pada Pembelajaran Al-Qur'an Hadist", 2 buah Jurnal pada At-Taklim STAI An-Nadwah KTL dan PEJ FTK UIN STS Jambi. Hope winner on cross cultural religious literacy competition "Developing Student Activity Program" Institut Leimena Jakarta Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Esensi Meneladani Sifat Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam

21 Desember 2022   10:43 Diperbarui: 26 Desember 2022   09:57 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Allohumma Sholli Alaa Muhammad. (Sumber gambar :https://theacehpost.com/maulid-nabi-sebuah-refleksi-bagi-kita-umat-hari-ini/)

Silang pendapat hukum tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam dari dahulu sampai Perayaan Maulid Nabi 2022 kini selalu menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menarik untuk ditela'ah dan dikaji. Dari berbagai sumber, penulis telah menyimpulkan. Pendapat pertama pihak yang melarang pelaksanaan Maulid Nabi karena termasuk dihukumkan bid'ah dan kegiatan tersebut tidak pernah dilakukan pada zaman Nabi. Pendapat kedua perayaan maulid diperbolehkan, tapi dengan syarat kegiatan diisi dengan amalan-amalan yang baik, bermanfaat untuk masyarakat sebagai kecintaan dan  wujud rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam. Pendapat lainnya menganjurkan perayaan maulid, karena menurut mereka ini adalah tradisi yang luhur dari ulama terdahulu sebagai kegiatan mengkounter perayaan lain yang tidak sesuai Islam.

Jadi masalah perayaan maulid merupakan masalah khilafiyah yang selalu diperbedatkan dari dahulu sampai kini. Beragam cara pandang umat Islam dalam meneladankan diri, mencintai Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam. Dan  yang terpenting pada diri kita bahwa, kemulyaan sebuah cinta tergantung  bagaimana bersikap  memuliakan kepada yang dicintainya.

Lantas, bagaimana cara kita memulyakan Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam?. Yakni dengan meneladaninya. Hal ini telah sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wata'ala dalam Al-Qur'an Surah Al-Ahzab ayat 21,  yang artinya "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu". Esensi meneladani tidak sekedar merayakan maulid, tetapi bagaimana kita meneladani sosok Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan yang baik, yang sukses dari berbagai dimensi kehidupan. Dari mulai bagaimana Nabi bertutur kata, bersikap penuh kelemah lembutan, semua perilakunya tercermin dari hati. Konek antara hati dan perbuatan, Maka Allah Subhanahu Wata'ala mencirikan perilaku dengan sifatnya. Apa saja sifat-sifat para Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam.

Sifat yang melekat pada diri Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam

Ada empat sifat utama yang melekat pada diri Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam, untuk kita teladani  dalam kehidupan sehari-hari. Pertama Nabi bersifat Sidiq, apa itu Sidiq, Sidiq artinya benar. Nabi selalu benar dalam perkataan dan perbuatannya. Dalam keseharian Nabi selalu berkata jujur, tidak pernah berbohong atau menipu. Memiliki kesesuaian antara hati, ucapan dan perbuatan. Sifat Sidiq pada diri Nabi ini, bisa kita baca dalam sejarahnya saat nabi dalam kesehariannya, lihatlah bagaimana Nabi berprofesi pedagang pada masanya. Sisi lain, bahkan kala itu para sahabat dan penduduk Mekah menggelari Nabi dengan "Al-Amiin"artinya yang dapat dipercaya, yang layak diteladani darinya adalah kejujuran. Sesuai antara perkataan dan perbuatannya. Segala yang dikatakannya adalah wahyu, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wata'ala pada Surah An-Najm ayat 3  "Dan dia (Muhammad) tidak mengatakan (sesuatu yang berkaitan dengan agama Islam) menurut kemauan dan pendapatnya sendiri". Kemudian diperkuat lagi pada ayat ke 4, "segala yang dikatakannya adalah (Al-Qur'an dan Hadits) tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya".

Sifat yang kedua adalah Amanah. Amanah artinya dapat dipercaya. Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam tidak pernah menghianati amanah yang diberikan kepadanya. Baik beliau selaku pemimpin umat dan pemimpin agama. Kepercayaan yang diberikan kepadanya dia jaga dengan baik. Kita sebagai umatnya selayaknya meneladaninya dengan mengimpelentasikan dalam sikap dan perilaku.  Utamanya kita harus selalu merasa berada dalam pengawasan Allah Subhanahu Wata'ala. Kemudian ada rasa tanggung jawab terhadap diri, lingkungan dan masyarakat atas amanah yang berada di pundak kita. Sifat ini jika melekat pada setiap kita umat muslim akan terbangun kepercayaan satu sama lain.

Sifat yang ketiga pada Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam adalah Tablig. Tablig artinya komunikatif atau menyampaikan wahyu. Dia tidak pernah menyembunyikan apa yang Allah perintahkan kepadanya. Sebaliknya beliau selalu menyebarkan apa yang telah Allah sampaikan wahyu kepadanya. apa yang didapatkan dari Al-Qur'an tersampaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diwahyukan kepadanya, meski wahyu itu menyinggung Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam sendiri. Seperti tersebut dalam Al-Qur'an Surah Abasa ayat 1-2, Allah Subhanahu Wata'ala menyinggungnya "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya".  Seperti yang  yang diceritakan oleh Aisyah Rodhiallahu Anha,  cerita ini diriwayatkan oleh AtTirmidzi dan Al-Hakim, dari Ibnu Ya'la bersumber dari Anas) Dikisahkan ada seorang buta bernama Ibnu Ummi Maktum yang buta dan datang kepada Nabi sambil berkata: "Berilah petunjuk kepadaku, hai Nabi," saat itu Nabi sedang menjamu para pembesar Quraisy. Nabi berpaling darinya dan tetap melayani para pembesar Quraisy itu. "Apakah yang saya katakan mengganggumu?",kata Ummi Maktum. Nabi menjawab "Tidak". Hal yang wajar sebenarnya seseorang yang sedang berbicara di depan umum, tentu tidak nyaman dan tentu merasa terganggu secara tiba-tiba datang orang langsung bertanya. Tetapi Allah Subhanahu Wata'ala menegurnya melalui ayat tersebut. Seorang yang bersifat Tablig, meski ayat tersebut menyinggungnya  tetap beliau menyampaikan ayat tersebut kepada umatnya. Tidak ada yang disembunyikan dari Nabi. Maka selayaknyalah kita umat muslim meneladani beliau.

Sifat Nabi Muhammad  Shollallaahu Alaihi Wasallam yang keempat adalah Fatonah. Fatonah artinya pintar, cerdas. Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam tidak bersifat bodoh. Meski dia tidak bisa membaca dan menulis. Status beliau adalah seorang  "Ummi", artinya apa yang disampaikan beliau benar-benar bersumber dari wahyu, bukan ciptaaan atau dari hasil gubahannya. Fatomah diartikan juga dengan bijak atau bijaksana. Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam dalam menyampaikan wahyu kepada umatnya denga bijaksana. Karena sikap beliau, berduyun-duyun kaum Quraisyi menyatakan diri masuk Islam. Meski saat itu, Nabi mengawali dakwahnya secara bertahap dari  sembunyi-sembunyi dulu, keluarga-keluarga  terdekatnya, sampai ada perintah Allah Subhanahu Wata'ala dalam firman-Nya Surah Al-Mudatsir ayat 1-5, "Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah", yakni untuk berdakwah secara terang-terangan di muka kaum Quraisy. Itulah kecerdasan beliau. Selama hidupnya, ia memaksimalkan kemampuan kecerdasannya untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Makkah dan dunia, dan hingga  saat ini kita nikmati iman itu dalam dada kita masing-masing.

Itulah empat sifat utama yang melekat pada diri Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam. Disinilah tekad kita untuk berusaha meneladaninya dalam kehidupan kita sehari-hari, meski tidak sama dan sesempurna dengan pribadi Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam. Selalulah kita mencerminkan diri sesuai Al-Qur'an dan sunnah dalam segala tindak tanduk kita, ucapan, perbuatan, sumbernya kita mengambil dari kedua peninggalan warisan Nabi tersebut.

Cara melayakkan diri meneladani sifat Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam

Bagaimana mengimplementasikan sifat Nabi  Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam ?. Yakni kita mulai dengan melekatkan sifatnya pada  keluarga, terutama dirumah, sediakan perpustakaan mini, banyakkan referensi buku-buku bacaan syirah-syirah Nabi dan Rasul. Dengan kita membacanya kita akan mengetahui banyak hal, dan dengan mudah kita memahami dan mengejawantahkannya  dalam perilaku kita dan di keluarga sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun