Mohon tunggu...
Muhammad Ghulam
Muhammad Ghulam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Islam FEB Unpad

Jelajahilah ruang kata-kata dan temukan keajaiban di dalamnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harmonisasi Keberagaman Indonesia melalui Sikap Toleransi

7 Maret 2021   17:23 Diperbarui: 7 Maret 2021   18:30 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Perbedaan dalam suku, ras, budaya, bahasa, dan agama di Indonesia sudah menjadi suratan takdir yang telah digariskan oleh Tuhan. Bagi-Nya, mudah saja untuk menciptakan kehidupan yang homogen di antara makhluk-Nya. Tetapi Tuhan lebih memilih menjadikan kehidupan di dunia ini menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa demi terciptanya kehidupan yang dinamis dan agar makhluk-Nya bisa saling belajar, saling memahami, dan saling mengenal.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural dan multikultural. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistika) tahun 2010, Indonesia memiliki 1.331 suku bangsa yang terdiri dari beberapa suku besar dan sub suku. Namun pada tahun 2013, BPS bekerjasama dengan Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) telah melakukan pengklasifikasian terbaru dan menghasilkan pembaharuan data jumlah suku menjadi 633 kelompok suku besar. Indonesia juga memiliki 652 bahasa daerah (belum termasuk dialek dan sub dialek) menurut data terakhir Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan Bahasa Kemendikbud) di tahun 2017. 

Kebudayaan di Indonesia juga sangat kaya sekali akan keberagaman. Keberagaman itu dapat dilihat dari banyaknya pakaian adat, tarian adat, rumah adat, senjata tradisonal, alat musik tradisional, dan ritual/upacara adat yang lahir dari suku-suku yang tersebar di seluruh Indonesia. Lalu terkait kepercayaan agama, terdapat enam agama di Indonesia yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Selain dari keenam kelompok besar keagamaan tersebut, terdapat banyak juga kepercayaan agama leluhur dan kelompok-kelompok sektarian yang ada di Indonesia.

Sejarah juga membuktikan bahwasanya negara Indonesia berdiri karena bersatunya sebuah perbedaan. ketika zaman penjajahan, meskipun memiliki latar belakang agama, suku, kepentingan politik, dan ideologi yang berbeda-beda, para pejuang pahlawan Indonesia secara sukarela saling bahu-membahu melawan kejamnya belenggu penjajahan. 

Pada tahun 1945, para tokoh  kemerdekaan dengan isi kepala dan identitas yang beragam pula, berhasil memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk final dari negara kita. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" menjadi ruh dalam tiap diri warga negara Indonesia. Hal ini merupakan buah pencapaian terbesar dari penerapan nilai-nilai toleransi dalam konsep berbangsa dan bernegara.

Namun tak dapat dimungkiri, di dalam keberagaman sudah pasti terdapat perbedaan, dan di setiap perbedaan memungkinkan terciptanya sebuah konflik atau pertentangan. Dewasa ini, konflik di Indonesia kerap kali terjadi, entah itu konflik kepentingan politik, konflik antarsuku, atau konflik beragama. Suatu konflik bisa disebabkan oleh beberapa faktor, namun faktor yang sering muncul adalah disebabkan oleh adanya sikap ekstremisme yang dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu terhadap suatu pandangan atau perilaku yang mereka anut. 

Orang-orang yang berpandangan ekstremisme akan selalu memaksakan kebenaran terhadap suatu pandangan atau perilaku yang mereka punya, bahkan cenderung menghalalkan segala cara demi membela kebenaran mereka sendiri. Sehingga orang-orang ekstremis cenderung enggan menerima perbedaan, karena di dalam pola pikir mereka tertanam bahwa sesuatu yang berbeda dari mereka adalah suatu hal yang menyimpang. Orang-orang ekstremis terlalu kaku dalam melihat hitam dan putih di dalam kehidupan.

Sebagai contoh dalam ranah agama, terdapat dua kelompok yang disebut ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Kelompok ektrem kanan adalah mereka yang biasa disebut dengan golongan konservatif. Kelompok ini biasanya dalam memahami suatu ajaran agama, terlalu mengutamakan aspek tekstual tanpa mau mempertimbangkan aspek kontekstual di dalam penafsirannya. 

Sedangkan kelompok ekstrem kiri adalah kebalikannya, kelompok ini terlalu mengagungkan akalnya sehingga mengesampingkan segi teks di dalam menafsirkan suatu ajaran agama. Kelompok ektrem kiri biasa disebut dengan golongan liberal. Kedua kelompok ini seringkali merasa paling benar sendiri terhadap keyakinan yang mereka miliki dan menganggap yang berbeda sedikit dari mereka adalah sesat dan menyimpang. Maka tak ayal dari situ, konflik pun banyak bermunculan.

Adanya konflik seringkali beriringan dengan sikap intoleran, tindak kekerasan, radikalisme, bahkan terorisme. Hal-hal tersebut akhirnya menyebabkan anomali atau ketidakharmonisan dalam tatanan sosiokultural masyarakat. Padahal semua agama sudah mengajarkan bahwa kita hidup di dunia ini harus saling cinta damai dan menjalin kasih sayang antar sesama makhluk. Kita sebagai manusia harus selalu menebar kebaikan dan mencegah kemungkaran di bumi ini, karena kita adalah khalifah yang ditugaskan menjaga keseimbangan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun