Mohon tunggu...
Muhammad Farras Shaka
Muhammad Farras Shaka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Free mind, reflective, and critical.

Seorang terpelajar mesti adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Materialisme-Saintisme, Spiritualisme, dan Intelektualitas Jalan Baru: Sebuah Upaya Meraih Keseimbangan

30 Agustus 2022   22:51 Diperbarui: 30 Agustus 2022   23:02 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perdebatan antara aliran materialisme dan aliran spiritualisme dalam dunia pemikiran tidak jarang menjadi topik yang terus-menerus diperdebatkan.

Memang dua aliran ini bagaikan dua hal yang sudah menjadi musuh bebuyutan sejak "dari sononya", materialis yang terpaku pada asumsi empirisis-naturalis memang akan menganggap dunia spiritual yang penuh simbol-simbol dan ekspresi sintetik sebagai sesuatu yang "absurd". 

Sebagai contoh, kaum materialis akan sulit menangkap maksud "Dia yang tak terlihat, namun dekat sedekat urat nadi", namun tentu mereka yang sudah menceburkan diri dalam dunia rohani tidak lagi asing dengan ungkapan-ungkapan simbolik semacam itu, sebab mereka telah merasakan kehadiran Ia yang tak terlihat, dan sekaligus sedekat urat nadi.

Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa seringkali kaum spiritualis-batini menjadi "terlepas" dari alam empirik, sehingga seringkali beberapa dari kaum spiritualis tidak lagi menggunakan daya analitisnya untuk mampu memberdayakan alam ini secara optimal, daya sintetis lebih berat dibanding daya analitis, dan ini memang membawa dampak yang tidak mengenakkan pada titik tertentu. 

Sementara kaum materialis sekarang ini bisa dikatakan menguasai dunia sains, sains Demokratian yang berakar dari pemikiran Demokritus yang materialis menguasai jagad sains, sementara sains Aristotelian yang memberi ruang pada peran "kausa prima" menjadi terpinggirkan pasca abad pertengahan di dunia Barat. 

Kita bisa melihat tokoh-tokoh saintis seperti Richard Dawkins, Sam Harris, Yuval Noah Harari,  dan masih banyak lagi menjadi semacam prototipe agung kemajuan sains kontemporer. 

Pemikiran mereka jelas berakar dari sains Demokratian yang materialis, buku-buku mereka pun banyak diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan menjadi bacaan yang menduduki rak buku bergenre "sains populer", dan banyak anak-anak muda yang gandrung dengan buku-buku mereka, sebab memang buku-buku mereka sudah sangat mudah didapatkan di toko-toko buku besar Indonesia dan menjadi populer melalui proses ketok tular. 

Hal ini mengimplikasikan timbulnya semangat saintisme di kalangan anak muda, bisa didefinisikan secara singkat bahwa saintisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menganggap bahwa sains yang bersifat empirik adalah satu-satunya metode yang absah untuk menggapai pengetahuan. 

Perlu dipahami bahwa sains itu sendiri tidaklah terdapat masalah di dalamnya, namun saintisme itu lah yang menjadi masalah, sebab makna pengetahuan hanya direduksi pada yang empirik semata atau "yang keliatan-keliatan saja", sementara filsafat yang bersifat aqli dan pengetahuan intutitif-batini dipinggirkan, hanya sesederhana karena tidak mampu dipertanggung jawabkan secara saintifik.

Akhirnya, aspek-aspek batiniah dalam diri manusia menjadi terpinggirkan, Tuhan dinyatakan tidak ada sesederhana hanya karena ia tak terindrakan, membersihkan dan mendidik hati menjadi tidak lagi dipentingkan dan yang penting hanyalah berpikir empiris, apapun harus mampu diindra, hakikat eksistensi turun hanya pada sekedar "yang kelihatan-kelihatan saja", apalagi ini kalau bukan dikatakan sebagai sebuah degradasi intelektual yang fatal?

The gap that separates: Mungkinkah membuat jembatan penyambung materialisme dan spiritualisme?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun