Mohon tunggu...
Muhammad FarhanFauzan
Muhammad FarhanFauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - 19 Y.O

Salam Hangat

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Fenomena Kemunculan Jaringan 5G

17 Juli 2021   13:53 Diperbarui: 17 Juli 2021   14:41 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di-era digital saat ini perkembangan teknologi sangatlah pesat. Jaringan internet merupakan pendukung kegiatan sehari-hari di abad ini. Perkembangan semua sektor dipengaruhi oleh adanya jaringan internet. Jaringan internet 4G sudah mulai banyak ditinggalkan setelah peluncuran jaringan internet 5G .Tetapi kemunculan jaringan internet 5G banyak menimbulkan kontroversi dimasyarakat seperti halnya dampak negatif terhadap manusia, tetapi apakah benar?

Kemunculan jaringan 5G merupakan perkembangan dari kemunculan jaringan generasi awal. Era generasi 1G produsen Motorola sebagai ponsel pertama yang digunakan secara luas yang kemudian disusul dengan perkembangan generasi 2G serta 3G yang cukup membuat heboh di era tersebut. Tetapi pada tahun 2017 Kemunculan I- Phone merupakan penanda akhir dari generasi 3G menuju generasi 4G. Jaringan Internet 5G diklaim mampu memiliki kecepatan 100 kali lebih cepat dibanding jaringan 4G yang dimana jaringan 5G mampu menghasilkan 10Gbps. Keunggulan jaringan 5G juga setara dengan wifi hal tersebut menandakan latensi pengiriman waktu terhadap ponsel lain akan jauh lebih cepat . Walaupun jaringan tersebut belum mendukung semua ponsel ,tetapi hal tersebut merupakan ciri perkembangan baru didunia teknologi

Setiap jaringan internet dapat dikategorikan sebagai radiasi, namun radiasi tersebut bukanlah radiasi yang berbahaya. Perbedaan spektrum mendasar pada setiap jaringan dipengaruhi oleh pengantar radio, di jaringan 5G frekuensi jaringan dipecah menjadi pita, yang dimana pita tersebut memiliki frekuensi yang berbeda saat menuju frekuensi yang lebih tinggi. Radiasi tersebutlah yang menimbulkan banyaknya stigma tentang dampak negatif di masyarakat , mulai dari melemahkan imunitas tubuh hingga ke sarana penyebaran covid-19. Secara umumnya radiasi dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu radiasi ionizing dan non ionizing. 

 Radiasi ionizing memiliki energi yang sangat besar hingga dapat menyebabkan proses ionisasi yang dimana ionisasi tersebut membuat perubahan pada struktur kimia dan mencakup pada radiasi ultraviolet, radiasi x-ray serta radiasi gamma yang dimana akan menjadi berbahaya jika terkena paparan radiasi secara berlebih , sedangkan radiasi non ionizing merupakan radiasi elekromagnetik yang tidak mebawa cukup energi perkuantum untuk mengionisasi atom atau molekul yang terjadi pada halnya radio,microwave,infrared sampai kejaringan 2G hingga 5G. Penelitian terhadap 5G masih terus dilakukan dan dikembangkan, menurut para peneliti pemanasan pada tubuh kita bisa terjadi jika terkena paparan sinar radiasi 5G hal ini disebabkan karena radiasi non ionizing membawa energi untuk menggerakan atom meskipun energi tersebut tidak cukup kuat dan membahayakan, namun pertanyaan dari stigma masyarakat tentang 5G masih menjadi perdebatan.

 Menurut World Health Organization (WHO) 5G masuk kegolongan carcinogenic 2B yang berarti ada kemungkinan menyebabkan kanker walau belum definitif. Namun golongan 2B merupakan golongan resiko yang rendah karena golongan tersebut masih sering kita jumpai seperti di uang logam, kopi bahkan rempah rempah seperti kayu manis yang berarti 5G tidak beresiko besar tuk menyebabkan penyakit. Tetapi hal tersebut masih menjadi keliru ketika jaringan gelombang 5G tidak bisa menembus beberapa objek sehingga pengguna harus lebih berdekatan dengan sumber jaringan atau provider oleh karena itu perlu dibatasi kepadatan energinya untuk menghindari pemanasan sinar radiasi yang ada didekat tubuh manusia. 

 Lantas bagaimana dengan sinar radiasi 5G yang dapat memaparkan covid-19? Hal tersebut bermula pada 21 April 2020, terjadi tragedi pembakaran 77 menara seluler dibakar di Inggris. Dikarenakan adanya teori konspirasi covid -19 dapat ditularkan lewat jaringan 5G. Menurut para ilmuwan hal tersebut tidaklah benar, 5G tidak bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh hingga memaparkan penyakit. Karena stigma tersebut hanyalah teori konspirasi saja dan mitos belaka. Terkait teori tersebut, platform social media pun berkomitmen menghapus pemberitaan tidak benar tersebut karena dapat menyebarkan pemberitaan salah yang dapat menimbulkan stigma di masyarakat.

Pada akhirnya kita harus selalu ingat bahwa perkembangan teknologi dan inovasi akan selalu ada dan kita tidak bisa luput dari hal tersebut. Terlepas dari sisi baik atau buruknya, manusia akan selalu mengembangkan dan membuat inovasi -- inovasi yang lebih baru dan membuat dunia yang lebih modern serta lebih maju .Oleh karena itu , internet sangat berdampak pada kehidupan serta kinerja disemua sektor masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun