Rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid bukan hanya sekadar pertandingan sepak bola, melainkan sebuah pertemuan dua filosofi, dua kota, dan dua identitas besar yang telah berlangsung selama lebih dari seratus tahun. El Clsico, julukan untuk pertandingan antara dua klub raksasa Spanyol ini, selalu dinantikan oleh penggemar sepak bola di seluruh dunia.
Rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid bermula sejak awal abad ke-20. Barcelona, yang didirikan pada 1899, selalu dilihat sebagai simbol perjuangan Catalonia dalam melawan dominasi Madrid dan pemerintahannya yang cenderung sentralistik.Â
Barcelona dikenal dengan identitasnya yang kuat sebagai klub yang mewakili kebanggaan rakyat Catalonia, bahkan motto mereka, Mes que un club (Lebih dari sekadar klub), mencerminkan hal tersebut.
 Sementara itu, Real Madrid, yang didirikan pada 1902, menjadi simbol status dan kekuatan kerajaan Spanyol, serta berhubungan erat dengan penguasa-penguasa politik di Madrid, terutama di bawah pemerintahan Francisco Franco pada 1930-an hingga 1970-an.
El Clsico pertama kali dipertandingkan pada 1902, di mana kedua tim bertemu dalam ajang Copa del Rey, dengan Real Madrid keluar sebagai pemenang. Namun, yang membuat rivalitas ini semakin intens adalah latar belakang politik yang terus berkembang.Â
Ketika Franco memimpin Spanyol, Real Madrid mendapat dukungan penuh dari pemerintah yang membuat mereka semakin dominan di sepak bola Spanyol, sementara Barcelona menjadi simbol perlawanan terhadap rezim tersebut.
Pada era 1960-an, Barcelona seakan dihantui oleh pemain andalan Madrid, Di Stefano yang menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang El Clasico. Saat itu, dia mencetak 14 gol dari 20 pertandingan.
Persaingan antara Barcelona dan Real Madrid juga dikenal dengan gaya bermain yang sangat berbeda. Real Madrid, dengan filosofi Galcticos yang dimulai pada akhir 1990-an, berfokus pada mendatangkan pemain-pemain bintang dunia seperti Zinedine Zidane, Luis Figo, Cristiano Ronaldo, dan David Beckham, yang semuanya menjadi ikon besar klub ini.
Sementara itu, Barcelona lebih mengutamakan filosofi permainan kolektif dan penguasaan bola ala Johan Cruyff, yang membentuk dasar filosofi tiki-taka yang menjadi identitas klub ini. Pemain seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez, dan Andrs Iniesta menjadi contoh nyata dari filosofi ini, menjadikan Barcelona salah satu tim yang paling dihormati di dunia sepak bola karena gaya permainan indah yang mereka tunjukkan.
Momen-momen legendaris dalam El Clsico tidak hanya tercipta karena keduanya saling bertanding, tetapi juga karena pemain-pemain besar yang terlibat. Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi menjadi ikon utama dalam rivalitas ini selama hampir satu dekade, dengan kedua pemain seringkali menjadi penentu kemenangan dalam pertandingan yang sangat menentukan.
pertandingan pertandingan ikonik El ClsicoÂ