Di banyak kampung di Indonesia, gaji pertama bukan sekadar pendapatan.
Tapi merupakan lambang keberhasilan yang lahir dari perjuangan panjang menempuh pendidikan dengan segala keterbatasan, merantau jauh dari rumah, hingga akhirnya mendapat pekerjaan tetap.Â
Gaji pertama menjadi penanda bahwa seseorang telah resmi menjejak dunia kerja, sekaligus membawa harapan baru bagi keluarga yang selama ini menjadi tumpuan doa dan dukungan.
Momen ini pun tak pernah dianggap biasa. Tapi sering disambut dengan penuh suka cita, bahkan oleh seluruh lingkungan. Bagi sebagian besar masyarakat pedesaan, kesuksesan satu anak adalah kebanggaan bersama.Â
Tak jarang, saat mendengar kabar seseorang menerima gaji pertamanya, tetangga datang membantu menyiapkan syukuran, ibu sibuk memasak, dan ayah diam-diam meneteskan air mata bahagia.
Tradisi yang Melekat Sejak Dulu
Syukuran gaji pertama bukan hal baru. Sejak dulu, tradisi ini sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat di berbagai pelosok Indonesia.Â
Orang tua menanamkan nilai bahwa rezeki pertama harus dibersihkan dengan doa, dibagikan dalam kebaikan, dan dipersembahkan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan dan orang-orang yang telah berjasa.
Di banyak rumah, begitu gaji pertama diterima, bukan toko yang pertama dikunjungi, tapi orang tua. Amplop pertama itu seringkali diserahkan langsung ke tangan ibu atau ayah, disertai pelukan haru yang lama.Â
Lalu muncullah niat untuk menggelar syukuran. Tak perlu mewah beberapa piring nasi, lauk sederhana, dan air minum cukup untuk mengundang berkah. Yang terpenting adalah keikhlasan dan rasa syukur yang mengiringi.
Doa yang Menyatu dengan Harapan