Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanaman Obat di Pekarangan: Warisan Nenek Moyang yang Mulai Dilupakan

16 Mei 2025   12:33 Diperbarui: 16 Mei 2025   12:30 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tanaman herbal (sumber gambar: yoursay.suara.com)

Dahulu, hampir setiap rumah di Indonesia memiliki pekarangan kecil yang dipenuhi tanaman obat. 

Di sanalah ibu-ibu memetik daun sirih untuk obat sariawan, atau menggali rimpang jahe untuk menghangatkan tubuh anaknya yang demam. 

Tak perlu pergi ke klinik, karena alam telah menyediakan obatnya di halaman sendiri. Pengetahuan tentang khasiat tanaman itu diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi sebuah kearifan lokal yang tumbuh bersama akar budaya kita.

Pekarangan bukan hanya tempat bermain anak atau menjemur pakaian, melainkan ruang hidup yang menyatu dengan tradisi dan kesehatan keluarga. 

Anak-anak diajarkan membedakan antara daun pandan dan daun sembung, tahu kapan kunyit siap dipanen, dan paham cara meracik ramuan sederhana. 

Semua itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang kini mulai tergeser oleh modernisasi dan kepraktisan zaman.

Namun kini, keberadaan tanaman obat di pekarangan kian langka. Rumah-rumah modern lebih memilih taman dengan rumput sintetis atau tanaman hias impor yang indah dipandang, tetapi tidak memiliki nilai fungsional. 

Lahan yang sempit dan gaya hidup serba instan menjadikan tradisi menanam obat keluarga dianggap tidak relevan lagi. 

Bahkan banyak generasi muda yang tak lagi mengenal perbedaan antara lengkuas dan jahe, atau tidak tahu bahwa daun sambiloto bisa meredakan demam.

Ketergantungan pada obat-obatan kimia yang mudah dibeli di apotek juga ikut mengikis kesadaran akan kekuatan alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun