Di era digital seperti sekarang, batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan semakin kabur. Notifikasi dari atasan bisa muncul bahkan di akhir pekan, membuat kita merasa seolah-olah selalu "siaga" untuk bekerja.
Smartphone yang seharusnya menjadi alat komunikasi pribadi kini menjadi perpanjangan meja kerja, lengkap dengan email, chat grup kantor, dan aplikasi task management.
Tak jarang, waktu makan malam bersama keluarga terganggu oleh panggilan rapat mendadak, dan liburan pun terasa seperti shift kerja jarak jauh.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah kita benar-benar memiliki kontrol atas waktu kita, atau justru dikendalikan oleh teknologi yang tak mengenal jam kerja?
Dunia yang Tak Pernah Tidur
Dengan hadirnya email, chat kantor, dan aplikasi kolaborasi seperti Zoom atau Slack, kita jadi bisa bekerja dari mana saja bahkan dari tempat tidur.
Kemudahan ini memang memberikan fleksibilitas yang belum pernah ada sebelumnya, tapi di sisi lain, ia menciptakan jebakan tak terlihat: pekerjaan yang seolah tak pernah selesai.
Alih-alih pulang kerja dan benar-benar “selesai”, kini banyak dari kita yang membawa pulang pekerjaan dalam bentuk digital.
Ponsel yang terus berbunyi, laptop yang tetap menyala meski malam hari, dan perasaan bersalah saat tidak membalas pesan kerja, menjadi tanda bahwa batas waktu kerja telah terkikis.
Fleksibilitas tanpa batas ini sering kali membuat kita kewalahan. Tanpa disadari, kita kehilangan momen penting bersama keluarga, merasa lelah secara mental, dan mengalami kejenuhan yang tak kunjung reda.