Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dulu Boneka, Sekarang Emas: Fenomena FOMO yang Menggila di Indonesia

17 April 2025   12:56 Diperbarui: 18 April 2025   09:49 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi emas, emas batangan, logam mulia.(PEXELS/MICHAEL STEINBERG via kompas.com)

"Di era digital yang serba cepat ini, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin menjadi-jadi di Indonesia."

Dulu, orang rela antre berjam-jam demi boneka lucu (Labubu) dari restoran cepat saji. Tak peduli siang atau malam, hujan atau panas, antrean tetap mengular demi satu hal: tidak mau ketinggalan momen yang sedang viral. 

Fenomena ini bukan lagi soal suka atau butuh, tapi soal eksistensi tentang menjadi bagian dari tren yang sedang "panas". Kini, pola itu bertransformasi. 

Bukan hanya boneka, masyarakat mulai memburu barang-barang lain yang memiliki nilai emosional dan simbolis, seperti koin emas edisi terbatas atau produk-produk eksklusif yang hanya tersedia dalam jumlah terbatas. 

Perilaku ini menunjukkan bahwa FOMO tidak lagi sekadar tren sesaat, tapi telah menjadi bagian dari gaya hidup digital masyarakat urban.

Dari Antrean Boneka ke Berburu Emas

Masih segar dalam ingatan saat ratusan orang mengular di depan restoran demi boneka edisi terbatas. Beberapa bahkan rela datang sejak subuh, membawa kursi lipat, bekal makanan, hingga menyewa joki antre. 

Begitu gerai dibuka, suasana berubah jadi hiruk-pikuk: ada yang berebut, ada yang kecewa karena kehabisan, dan tak jarang yang langsung menjual ulang boneka itu dengan harga berkali lipat di marketplace.

Fenomena ini bukan terjadi sekali dua kali. Setiap kali ada produk edisi terbatas, terutama yang dipoles dengan unsur nostalgia atau karakter populer, gelombang antusiasme langsung menyapu. 

Tapi menariknya, mayoritas pembeli bukanlah anak-anak. Justru orang dewasa milenial dan gen Z yang paling aktif berburu. Mereka tak hanya melihat barang tersebut sebagai koleksi, tapi juga sebagai simbol eksistensi, bahkan investasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun