"Isu penjurusan kembali di tingkat SMA kembali mengemuka."
Setelah beberapa tahun terakhir pemerintah mencoba menerapkan sistem tanpa penjurusan melalui Kurikulum Merdeka, kini arah kebijakan tampaknya mulai berbelok.
Wacana mengembalikan sistem penjurusan seperti IPA, IPS, dan Bahasa muncul di tengah pergantian menteri yang membawa pendekatan baru terhadap pendidikan menengah.
Banyak yang bertanya-tanya: apakah ini bentuk koreksi terhadap sistem sebelumnya, atau justru langkah mundur yang mengabaikan semangat kebebasan belajar?
Di sisi lain, belum sempat sepenuhnya beradaptasi dengan Kurikulum Merdeka, para guru, siswa, dan sekolah kini dihadapkan lagi pada potensi perubahan besar.
Keresahan mulai terdengar: apakah dunia pendidikan kita sedang mencari arah, atau justru kehilangan arah?
Jejak Bolak-balik Kurikulum
Ganti menteri, ganti kurikulum. Ungkapan ini sudah menjadi semacam "mantra buruk" dunia pendidikan Indonesia.
Setiap pergantian pemimpin di Kementerian Pendidikan hampir selalu diiringi dengan pergantian arah kebijakan seolah-olah sistem yang sudah berjalan harus dirombak agar tampak “berbeda” dan mencerminkan identitas sang menteri baru.
Padahal, pendidikan bukan sekadar proyek politik jangka pendek yang bisa diatur ulang sesuka hati. Akibatnya, siswa menjadi kelinci percobaan.