"Setiap menjelang dan sesudah Lebaran, satu pertanyaan klasik kembali muncul di benak masyarakat: kenapa tiket pesawat mahal sekali?"
Tidak peduli seberapa jauh hari sudah direncanakan, harga tiket tetap melambung tinggi seolah-olah Lebaran adalah musim panen emas bagi maskapai.Â
Bahkan, tak sedikit warga yang akhirnya memilih naik bus semalaman atau kereta api berjam-jam, meski perjalanan bisa jauh lebih melelahkan, hanya demi menghindari harga tiket yang tidak masuk akal.
Ironisnya, ini terjadi di negara kepulauan seperti Indonesia, di mana transportasi udara bukan lagi sekadar pilihan nyaman, tapi sudah menjadi kebutuhan penting terutama bagi mereka yang harus menyeberangi pulau untuk pulang kampung.Â
Tapi realitanya, ketika momen sakral seperti Lebaran tiba, langit terasa semakin jauh dari jangkauan, dan penerbangan berubah menjadi barang mewah musiman.
Pertanyaannya kini bukan cuma soal "kenapa mahal?", tapi juga kenapa tidak bisa diatur seperti angkutan darat lainnya?Â
Bus, kereta api, bahkan kapal laut punya regulasi harga yang lebih stabil lalu kenapa hanya pesawat yang tampaknya bebas menentukan nasib sendiri?
Langit Bukan Tanpa Aturan, Tapi Terlalu Longgar?
Sebenarnya, industri penerbangan tidak benar-benar bebas. Ada aturan soal TBA (Tarif Batas Atas) dan TBB (Tarif Batas Bawah) yang ditetapkan pemerintah untuk mencegah harga tiket melambung terlalu tinggi atau terlalu rendah hingga merugikan industri.Â